TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Bencana banjir dampak limpasan Sungai Dawe dan Sungai Piji melanda empat desa di wilayah Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Kamis (30/1/2025).
Meliputi Desa Golantepus, Tenggeles, Kesambi dan Desa Mejobo merendam 350 rumah dengan perkiraan 1.100 jiwa terdampak.
Camat Mejobo, Moch Zaenuri mengatakan, banjir di wilayah Mejobo disebabkan meluapnya Sungai Dawe, Sungai Piji, dan sungai di sisi timur kecamatan pada Rabu malam (29/1/2025) pukul 18.30 WIB.
Pada awalnya, banjir hanya menggenangi permukiman warga di tiga desa, Golantepus, Kesambi, dan Tenggeles.
Namun, genangan banjir di Golantepus meluas hingga ke Desa Mejobo pada Kamis (30/1/2025) dini hari di beberapa RT.
Menurut dia, banjir yang sudah menjadi langganan di wilayah Mejobo pada kali ini merendam kurang lebih 350 rumah di empat desa, dengan ketinggian air mencapai 20-40 sentimeter.
Permukiman di Desa Kesambi yang terendam banjir ada di tiga RW, meliputi RW 6, 9 dan 10. Di Desa Mejobo RW 2, 3 dan 4, sedangkan di Golantepus ada di RW 2.
“Banjir tertinggi di Kesambi. Untuk di Tenggeles hanya sebagian kecil rumah yang terendam, saat ini sudah mulai surut,” terangnya.
Menurut Zaenuri, pemerintah kecamatan, pemerintah desa yang ada di Mejobo, juga masyarakat sudah rutin melakukan kerjabakti pembersihan sungai, utamanya menjelang musim penghujan tiba.
Namun, kondisi sungai di sekitar Mejobo sudah mengalami pendangkalan, sehingga membutuhkan peran serta dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk melakukan normalisasi sungai dengan mengeruk sedimentasi.
Supaya badan sungai mampu menampung debit air ketika hujan mengguyur Kabupaten Kudus dalam beberapa hari. Minimal dengan normalisasi sungai bisa mengurangi resiko terjadinya banjir dari limpasan sungai.
“Kewenangan lebih lanjut ada di BBWS, mudah-mudahan ada pengerukan sungai di sepanjang Sungai Piji, Dawe, dan Jeratun, sehinga air bisa langsung ke Sungai Juwana. Kondisi sungai sudah lebih dari lima tahun mengalami pendangkalan, harus segera diantisipasi,” ujarnya.
Sejauh ini belum ada warga di Kecamatan Mejobo yang mengungsi. Namun, tempat pengungsian dan dapur umum sudah disiagakan di Desa Golantepus.
Dalam rangka berjaga-jaga bilamana diperlukan sewaktu-waktu, mengingat intensitas hujan di Kota Kretek masih cukup tinggi.
Seorang warga, Muhammad Nur Salis menyampaikan, rumahnya mulai terendam banjir sejak Kamis dini hari.
Ketinggian air terus mengalami peningkatan hingga sepaha orang dewasa pada Kamis pagi pukul 07.00 WIB.
“Kalau hujannya deras seperti ini terus, banjir susah surut, apalagi di sisi selatan desa, pasti akan naik. Kalau hujan reda, banjir berangsur surut, tergantung cuaca juga,” ucapnya.
Nur Salis khawatir jika debit air Sungai Dawe dan Sungai Piji terus meningkat, nantinya bisa mengancam keselamatan ribuan jiwa di wilayah Kecamatan Mejobo.
“Di sini sering terjadi banjir meskipun akses jalan raya sudah ditinggikan, tetap terdampak banjir. Jadi warga sudah biasa, enggak kaget lagi melihat debit air sungai tinggi menyebabkan banjir. Barang-barang berharga dan perabot rumah sudah dinaikkan ke tempat aman banjir,” tambahnya.
Warga lain, Muhammad Yusuf berharap pemerintah daerah juga pihak terkait melakukan upaya agar banjir yang menjadi langganan di Mejobo diatasi ke depannya. Supaya tidak menjadi bencana langganan setiap tahun. (Sam)
