Selain merayakan literasi, museum ini juga menjadi cerminan budaya dan kearifan lokal masyarakat Belitung. Misalnya, melalui dekorasi dan elemen-elemen visual yang menggambarkan kehidupan masyarakat tambang timah serta keindahan alam pulau Belitung.
Andrea Hirata berhasil menggabungkan unsur sastra dengan budaya lokal, menciptakan harmoni yang menginspirasi pengunjung untuk menghargai akar budaya mereka sendiri. Di salah satu ruang, terdapat juga pajangan yang menceritakan sejarah Belitung, memperlihatkan bagaimana perjalanan panjang pulau ini telah membentuk identitas masyarakatnya.
Lebih dari sekadar ruang pameran, Museum Kata juga berfungsi sebagai pusat literasi. Andrea Hirata sering mengadakan diskusi buku, workshop penulisan, dan kegiatan edukatif lainnya di sini.
Museum ini menjadi tempat di mana mimpi bertemu dengan aksi nyata, menginspirasi pengunjung untuk tidak hanya menikmati keindahan kata-kata, tetapi juga menggunakan kata-kata sebagai alat untuk perubahan.
Dengan harga tiket yang sangat terjangkau, Andrea Hirata memastikan bahwa museum ini dapat diakses oleh siapa saja, tanpa memandang status sosial atau ekonomi mereka.
Pada akhirnya, Museum Kata Andrea Hirata adalah lebih dari sekadar tempat wisata. Ia adalah perayaan mimpi, perjuangan, dan semangat untuk terus maju meskipun menghadapi berbagai keterbatasan.
Museum ini tidak hanya memperkenalkan pengunjung pada dunia sastra, tetapi juga mengingatkan kita tentang pentingnya pendidikan, solidaritas, dan rasa cinta terhadap budaya lokal.
Bagi siapa saja yang mengunjungi Belitung, museum ini adalah destinasi yang wajib dikunjungi, bukan hanya untuk menyaksikan keindahannya, tetapi juga untuk membawa pulang inspirasi yang tak ternilai harganya.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1145722/original/079680900_1455758511-Museum_Kata_Andrea_Hirata__Tempat_Berlangsungnya_Acara_National_Media_Gathering_XL__di_Belitung_Liputan6.com_Dewi_Widya_Ningrum.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)