Dorong Taman Bungkul Jadi Destinasi Wisata Berkelas, Akmarawita Kadir: Perlu Penataan Ulang

Dorong Taman Bungkul Jadi Destinasi Wisata Berkelas, Akmarawita Kadir: Perlu Penataan Ulang

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Ketua Komisi D DPRD Surabaya dr Akmarawita Kadir mendorong Taman Bungkul sebagai destinasi berkelas.

Apalagi keberadaan taman terbaik di tengah kota ini sudah menjadi taman berskala internasional. Perlu sentuhan dan dukungan dari sisi lain.

Apalagi di area taman yang mendapat pengakuan dunia itu terdapat bangunan cagar budaya, Makam Mbah Bungkul. Sebuah bangunan bernilai sejarah yang berpotensi menjadi destinasi pendukung untuk menaikkan nilai Taman Bungkul.

Tidak hanya itu, di lingkungan taman yang asri dan nyaman itu juga terdapat sentra wisata kuliner (SWK). Namun keberadaannya masih ala kadarnya. Bahkan perlu peningkatan dari sisi kebersihan lingkungan.

“Keberadaan Taman Bungkul harus menjadi destinasi berkelas bersama bangunan cagar budaya Makam Mbah Bungkul. Menyatu dengan kuliner. Ini potensi yang harus dioptimalkan,” kata Akma, Rabu (22/1/2025).

Namun potensi ini belum tergarap maksimal. Taman Bungkul yang sudah tersohor diyakini mampu memberi nilai tambah pada potensi sekitar. Terutama keberadaan makam yang menjadi bangunan cagar budaya.

Akma yang politisi Golkar menyayangkan keberadaan destinasi cagar budaya taman kuno itu kini menimbulkan masalah baru. Hasil laporan yang kini juga ditangani Komisi D, terdapat bangunan di luar bangunan cagar budaya berdiri di area makam.

“Harus dikembalikan sebagaimana bangunan cagar budaya. Tidak boleh ada bangunan lain yang mengikutinya. Disbudporapar harus mengambil perannya menata bangunan cagar budaya ini,” kata Akma.

Revitalisasi Taman Bungkul

Akma mendukung perlunya penataan ulang lingkungan Taman Bungkul dengan mengedepankan aturan. Terutama terkait regulasi bangunan cagar budaya. Keberadaan makam sebagai bangunan cagar budaya harus steril dari bangunan lain.

“Kami tengah menangani laporan ada bangunan tempat tinggal di makam Mbah Bungkul. Sebaiknya ini tidak boleh terjadi. Kami mendorong agar dilakukan penataan kembali makam dengan merelokasi bangunan tempat tinggal ini,” kata Akma.

Dia menyoroti pentingnya pengembalian fungsi dan bentuk asli Taman Bungkul sebagai cagar budaya. Marwah Taman Bungkul sebagai cagar budaya harus dijaga. “Taman ini adalah salah satu warisan penting yang perlu dilindungi,” kata Akma.

Politisi yang juga berprofesi sebagai dokter ini mendorong agar keberadaan taman yang sudah mendunia itu makin berkembang. Taman ini diakui secara internasional. Perlunya revitalisasi Taman Bungkul agar menjadi destinasi berkelas.

“Saya melihat masih ada jemuran di area cagar budaya. Begitu juga keberadaan pedagang di SWK juga harus makin ditata. Perlu revitalisasi Taman Bungkul untuk menjadikan destinasi ini bernilai tambah bagi Surabaya,” tandasnya.

Ketua Komisi D ini mendorong agar seluruh OPD terkait saling menguatkan. Jangan ada ego sektoral untuk mewujudkan Taman Bungkul sebagai destinasi berkelas. Ada Dinas Lingkungan Hidup, Dishub, Disbudporapar dan dinas lain, yang selama ini masih saling lempar.

Akma mengakui bahwa ada rencana revitalisasi Taman Bungkul yang sudah disiapkan. Di bawah Bappeko, mereka sudah berkoordinasi. Namun Komisi D akan makin menyolidkan koordinasi itu dengan melibatkan Asisten dalam rencana revitalisasi.

“Eman, Taman Bungkul yang sudah menjadi aset terbaik tidak dioptimalkan keberadaannya. Cagar budaya yang menyatu dengan kuliner adalah potensi yang luar biasa. SWK juga harus ditata lebih berkelas,” kata Akma