3. Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban Perahu berada di antara Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Konon, terciptanya gunung ini berkaitan dengan cerita legenda cinta terlarang antara anak dan ibu kandungnya.
Sebuah cerita legenda mengisahkan Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mengajukan syarat meminta dibuatkan perahu dan membendung sungai Citarum dalam satu malam untuk Sangkuriang yang ingin menikahinya.
Mirip seperti kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang, syarat yang diajukan Dayang Sumbi semata-mata demi menggagalkan keinginan Sangkuriang. Namun, Sangkuriang meminta bantuan pada kekuatan gaib demi mewujudkan syarat tersebut.
Karena hampir berhasil, Dayang Sumbi kemudian menggagalkannya dengan meminta bantuan penduduk. Ia dan penduduk membuat suasana seakan-akan sudah pagi dengan memaksa ayam berkokok dan menebarkan boeh rarang (kain putih hasil tenunan).
Merasa dicurangi, Sangkuriang pun menendang perahu tersebut hingga terbalik. Perahu itu kemudian membentuk Gunung Tangkuban Perahu.
Saat ini, Gunung Tangkuban Perahu menjadi salah satu gunung berapi aktif yang memiliki kawah vulkanik. Gunung ini memiliki ketinggian 2.084 mdpl.
4. Pantai Air Manis
Pantai Air Manis di Sumatra Barat berkaitan dengan cerita legenda populer Malin Kundang. Cerita ini mengandung makna bahwa seorang anak hendaknya selalu berbakti kepada orang tua.
Dikisahkan, Malin Kundang yang telah sukses berkunjung ke kampung halamannya. Namun saat sang ibu memanggilnya, ia pura-pura tidak mengenali dan menolak kehadiran wanita tersebut.
Merasa sedih dan sakit hati, sang ibu pun mengutuk malin kundang menjadi batu. Alhasil, terciptalah batu yang menyerupai orang sedang bersujud di Pantai Air manis, Padang Selatan, Sumatra Barat.
5. Pulau Komodo
Pulau Komodo merupakan salah satu situs warisan dunia yang diakui UNESCO pada 1991. Ternyata, destinasi wisata ini juga dipercaya lahir dari cerita legenda.
Konon, komodo sebenarnya merupakan salah satu anak kembar dari seorang putri yang dijuluki sebagai Putri Naga dan suaminya Moja. Karena malu memiliki anak berwujud kadal (Ora), ia pun mengasingkan anak tersebut ke dalam hutan.
Suatu hari, saudara kembar Ora bernama Gerong yang berwujud manusia hendak membunuhnya dengan menggunakan tombak saat berburu ke hutan. Ketika hendak menombak, ibu mereka datang dan memberitahu kejadian yang sebenarnya. Sejak saat itu, komodo dan manusia hidup berdampingan.
Penulis: Resla
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-gray-landscape-new.png,45,600,0)/kly-media-production/medias/4827895/original/067350900_1715333655-IMG_0240.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)