Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Serba-serbi Makan Bergizi Gratis di Kulon Progo, dari Kehabisan, "Omprengan" Bau dan Nasi Keras Regional 16 Januari 2025

Serba-serbi Makan Bergizi Gratis di Kulon Progo, dari Kehabisan, "Omprengan" Bau dan Nasi Keras
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 Januari 2025

Serba-serbi Makan Bergizi Gratis di Kulon Progo, dari Kehabisan, “Omprengan” Bau dan Nasi Keras
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com
– Program
makan bergizi gratis
(MBG) yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto di Kabupaten
Kulon Progo
, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baru berjalan selama tiga hari, dari Senin (13/1/2025) hingga Rabu (15/1/2025).
Program ini menyasar 41 sekolah di tiga kalurahan di Kapanewon Sentolo, yaitu Sukoreno, Demangrejo, dan Sentolo, dengan total 2.268 pelajar dari tingkat PAUD hingga SMP.
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang berkantor di Sukoreno bertanggung jawab atas pelaksanaan MBG di tiga desa tersebut.
Makanan disajikan menggunakan nampan piring
stainless steel
lima sekat atau piring omprengan, dengan menu yang berbeda setiap harinya.
SPPG merupakan perpanjangan tangan dari Badan Gizi Nasional (BGN) yang menyelenggarakan program makan gratis di seluruh Indonesia.
Namun, pelaksanaan MBG di Kulon Progo tidak berjalan tanpa kendala.
Beberapa masalah muncul, mulai dari keterlambatan pengiriman makanan hingga keluhan mengenai kualitas makanan yang disajikan.


Pada hari pertama MBG, ada sekolah yang tidak kebagian makanan.
SMP Negeri 1 Sentolo dengan total 381 pelajar sejatinya menerima makan gratis, Senin (13/1/2025).
Sekolah telah mengumumkan pelajar tidak perlu bawa bekal, selain sendok dan garpu. Kenyataan berkata lain, penantian sejak pagi tanpa kepastian.
Menjelang siang, masuk pesan singkat kalau sekolah ini tidak kebagian makanan dengan alasan yang tidak pasti.
Para pelajar yang sudah menunggu lantas pulang tanpa menunggu makanan tiba.
“Kami menerima pesan WA, katanya batal dengan alasan
crowded
,” kata Sudaryanta, Wakil Kepala SMP Sentolo, saat ditemui di sekolahnya.
Di tempat lain pada hari pertama MBG, sebanyak 145 siswa sekolah dasar (SD) negeri Semen makan bersama di waktu istirahat siang sebelum shalat dzuhur.
Pihak sekolah menemukan ada beberapa anak di kelas berbeda, yang pilih-pilih makanan.
Ada yang tidak suka sayur di salah satu kelas, ada yang tidak suka daging ayam di kelas lain. Sekolah tetap memotivasi pelajar untuk mau memakannya sampai habis.
Kepala SD Semen, Murtinah meyakini, makan bersama bisa mengubah sikap pilih-pilih makanan pada anak.
Makan bersama sekaligus jadi edukasi bagi pelajar tentang makan ini tidak hanya soal gratis dan kenyang, namun memiliki maksud penambahan nilai kandungan gizi untuk pertumbuhan.
“Anak yang tidak suka sayur mudah-mudahan karena makan bersama sehingga terpancing anak senang. Anak disadarkan kalau makan itu bukan berdasar kesukaan tapi berdasar kebutuhan gizi dalam diri kita,” kata Murtinah.
Hari kedua MBG, Selasa (14/1/2025), pelajar SM Negeri 1 Sentolo untuk kali pertama menerima makan gratis. Mereka makan bersama pukul 10.00 WIB, waktu istirahat.
Beberapa pelajar mengeluh bau amis pada wadah makanan yang terbuat dari
stainless steel
.
Beberapa pelajar mengaku
omprengan
seperti bau cucian piring.
Mereka tetap makan sampai habis menu hari itu, nasi, sayur jipang, tahu, telor dan pisang, meski disertai aroma wadah tidak segar.
Ada satu siswa yang mengaku tidak makan meski menunya menggugah selera.
“Kemarin bahkan tidak saya makan. (Soalnya) tempat makannya bau amis, seperti bau tempat cuci. Tidak saya coba. Waktu itu menunya tahu dan telor. Sayurnya lupa apa,” kata Raka, pelajar kelas IX sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 1 Sentolo, Rabu (15/1/2025).
Situasi berbeda MBG pada hari ketiga. Wadah makanan tidak beraroma dan terasa bersih.
Raka dan para siswa mengaku menghabiskan makanan hari ini dengan nikmat.
Beberapa pelajar di SMP Sentolo mengaku nasi keras disajian makanan pada hari kedua MBG, Selasa (14/1/2025).
Hari itu, sekolah menerima menu nasi, telur, tumis labu hijau, tahu, dan buah pisang.
Beberapa pelajar tidak suka dengan nasi yang masih terasa keras. Sementara siswa lain ada yang mengeluh lauk tahu terasa kecut.
“Bukan karena rusak atau dalam kondisi buruk. Bukan yang seperti itu, karena kalau basi atau seperti itu pasti ada keluhan kesehatan hari ini, tapi kenyataannya semuanya sehat,” kata Sudaryanta.
Keluhan sampai pada guru, lantas diteruskan pada petugas distribusi makanan yang mengantar jemput wadah makanan.
Keluhan agaknya didengar. Makanan hari ketiga, nasi lebih pulen, semua pelajar memakan menu MBG hari ini.
“Saya sampaikan kalau masak nasi lebih pulen lagi. Dan hari ini lebih baik,” kata Sudaryanta.
Pembelajaran di sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan usia dini (PAUD) tidak seperti sekolah pada jenjang di atasnya.
Pada PAUD Sadewa di dusun Sukoponco, Sukoreno, pembelajaran berlangsung pada hari Selasa, Rabu dan Kamis, dari pukul 09.00-11.00 WIB.
Sadewa memiliki 19 siswa sebagai penerima MBG.
Meski sekolah hanya tiga hari dalam sepekan, SPPG mengirim 19 porsi makanan pada hari Senin hingga Jumat. Pada hari PAUD tidak ada pembelajaran, MBG tetap berlangsung.
Guru PAUD, Rahayu mengungkapkan, ia mengabarkan melalui pesan singkat agar orangtua membawa wadah sendiri untuk mengambil makanan bergizi gratis di sekolah.
Makanan bisa dibawa pulang dimakan pelajar ketika di rumah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.