Jakarta, Beritasatu.com – Indonesia resmi bergabung dengan blok ekonomi BRICS atau Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan setelah Brasil mengumumkan pada Senin (6/1/2025). Ekonom Tiongkok menyebut, langkah ini disebut bisa mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga sesuai dengan target dari Presiden Prabowo Subianto, yakni mencapai 8 persen.
Ekonom Tiongkok Song Qinghui mengatakan, memang seluruh perekonomian Indonesia saat ini menghadapi tantangan. Namun, bergabung dengan BRICS bisa membuka perdagangan Indonesia ke negara-negara yang tergabung.
“Salah satu cara bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh, yakni dengan membuka pasar ke negara BRICS. Setelah produk dan perdagangan Indonesia masuk ke negara BRICS, maka pertumbuhan ekonomi akan mengikuti,” ucapnya dikutip dari Viory, Sabtu (11/1/2025).
Ia menambahkan, Indonesia, sebagai pemimpin ekonomi di Asia Tenggara dan negara Muslim terbesar di dunia dengan populasi 280 juta jiwa, memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut.
“Namun, pengaruh internasional Indonesia belum sesuai dengan statusnya. Maka, bergabung dengan organisasi BRICS, Indonesia memiliki tujuan untuk meningkatkan pengaruh dan daya saing di pasar internasional,” paparnya.
Lebih lanjut, Qinghui menyebut perekonomian Indonesia masih bergantung pada sektor jasa dan industri. Namun, dibandingkan dengan Rusia dan Tiongkok, sektor industri di Tanah Air masih belum berkembang.
“Meskipun Indonesia adalah produsen utama nikel, tetapi perkembanganya masih jauh berada di ujung bawah rantai industri,” ujarnya.
Namun, setelah Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, hubungan dengan antarsesama anggota bisa semakin mendalam, terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Pada sektor nikel, Tiongkok dapat memberikan dukungan teknis untuk membantu Indonesia meningkatkan rantai industri nikelnya serta mengembangkan sektor hulu hingga hilir,” ucapnya.
Sementara, pada sektor energi baru hingga mobil listrik Tiongkok juga bisa masuk ke pasar Indonesia.
“Dengan kerja sama seperti itu, maka Tiongkok bisa memperluas pengaruh di Asia Tenggara secara khusus, dan lebih luas secara global,” papar Qinghui.
Sementara, dalam sektor industri, Rusia bisa membantu Indonesia dalam memperluas dan memperkuat posisi pada seluruh rantai industri.
Lebih lanjut, Qinghui menjelaskan, visi Indonesia di ASEAN juga sejalan dengan visi di BRICS. Maka, langkah Indonesia bergabung dengan BRICS akan menguntungkan kedua belah pihak.
“Lanskap politik global memang masih didominasi oleh AS dan saat ini tidak mungkin mengubahnya. Meskipun pengaruh BRICS terus berkembang setiap hari, tetapi dunia masih merupakan sistem unipolar dengan dominasi dolar AS,” ucapnya.
Qinghui menegaskan, negara BRICS telah membentuk The New Development Bank atau BRICS Development Bank, yang bisa menciptakan mekanisme untuk dedolarisasi.
“Saya percaya bahwa setelah mekanisme ini diberlakukan, dunia akan menjadi lebih beragam dan inklusif,” ucap Qinghui seorang ekonom Tiongkok dalam menanggapi langkah Indonesia bergabung BRICS.