Arkeolog Bantah Ada Istana Kuno Israel di Tulul adh-Dhahab Yordania: Cuma Alasan untuk Rebut Teritorial
TRIBUNNEWS.COM – Yordania membantah klaim tentang adanya istana kuno Israel (dikenal dengan istilah Israelite, situs kuno berbau peninggalan Bangsa Israel terdahulu) di situs arkeologi Tulul adh-Dhahab di Deir Alla di Lembah Yordan bagian tengah.
Bantahan itu dikeluarkan para peneliti Yordania beberapa pekan setelah media berita Israel berbahasa Ibrani menerbitkan soal Istana Kuno Israel tersebut, RNTV melansir, Minggu (12/1/2025).
Disebutkan, para peneliti Yordania itu mengkhususkan diri dalam arkeologi kuno.
“Mereka (para arkeolog Yordania) membantah klaim tersebut, dengan mengutip bukti ilmiah,” kata lansiran RNTV.
Media tersebut bahkan menyertakan sebuah tim untuk mengunjungi situs arkeologi tersebut, ditemani oleh peneliti khusus dan pejabat dari Departemen Purbakala Yordania, untuk membantah klaim Israel tersebut.
Situs arkeologi Tulul adh-Dhahab di Lembah Yordan tengah.
Benteng Bangsa Amon
Dr. Zaidan Kafafi, seorang ahli arkeologi, menjelaskan kalau Tulul adh-Dhahab, tempat yang diduga sebagai istana Israel, menurut bukti arkeologi yang ada, merupakan pos pertahanan atau perlindungan bangsa Amon.
Hal ini didukung oleh sisa-sisa peninggalan dari periode tersebut.
Bangsa Amon adalah suku bangsa kuno yang disebutkan dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama.
Mereka menempati wilayah di sebelah timur Sungai Yordan, Gilead, dan Laut Mati, yang sekarang menjadi bagian dari Yordania.
Kafafi menambahkan bahwa Tulul adh-Dhahab/Deir Alla adalah satu-satunya penyeberangan yang menghubungkan bagian barat Sungai Yordan dengan wilayah pegunungan di sisi timur sebelum pembangunan jalan Romawi.
Hal ini, katanya, memberikan bukti yang cukup bahwa situs arkeologi di Tulul adh-Dhahab adalah benteng Amon.
Pengalaman penggalian Kafafi di situs-situs tetangga, termasuk Deir Alla dan Tel al-Dami, semakin menegaskan bahwa semua temuan tersebut terkait dengan peradaban Amon, tanpa ada indikasi adanya hubungan dengan suku Gad (salah satu dari Dua Belas Suku Israel).
Situs arkeologi Tulul adh-Dhahab di Deir Alla di Lembah Yordan bagian tengah.
Cuma Alasan untuk Klaim Teritorial
Dr Omar Al-Ghul, seorang peneliti di Universitas Yarmouk, mengomentari bahwa klaim Israel ini mengungkap dua kelemahan utama dalam praktik akademis dan politik.
Secara akademis, Al-Ghul mencatat kalau orang Israel cenderung berfokus pada periode arkeologi tertentu sambil mengabaikan periode lainnya, yang menurutnya tidak ilmiah dan mendistorsi sejarah.
Ia menambahkan, tidak ada teks atau bukti tertulis yang ditemukan di Tulul adh-Dhahab yang menunjukkan identitas budaya yang tepat dari situs tersebut.
Secara politis, Al-Ghul menunjukkan kalau para politisi Israel sering kali mengutip pernyataan apa pun dari para arkeolog untuk digunakan secara politis dan menegaskan klaim teritorial atas situs arkeologi di wilayah yang bukan pendudukan Israel.
Aktham Oweidi Al-Abadi, Asisten Direktur Jenderal Urusan Teknis di Departemen Purbakala, menyatakan bahwa operasi penggalian di situs arkeologi potensial diatur secara ketat oleh pedoman hukum dan berada di bawah pengawasan langsung Departemen Kebudayaan Yordania.
“Kami tidak akan mengizinkan warga Israel melakukan penggalian di Yordania dalam keadaan apa pun,” tegasnya.
Al-Abadi menambahkan bahwa Departemen tersebut sering berurusan dengan para peneliti yang memiliki motif tersembunyi, dengan mencoba memaksakan narasi dari Taurat pada situs arkeologi, yang menurutnya bertentangan dengan kebenaran dan bukti ilmiah.
Artefak Kepala singa dari Mahanaim yang diklaim Israel sebagai bukti teritorial historis wilayah Israel kuno. (Kredit: Pola et. al./Ruhama Bonfil / Universitas Ibrani Yerusalem)
Artefak Batu Berukir
Reaksi pihak Yordania ini muncul dari ulasan media Israel berbahasa Ibrani, Haaretz, pada 21 November 2024 silam.
“Bongkahan batu yang dihiasi dengan pemandangan singa dan jamuan makan, ditemukan berserakan di situs arkeologi puncak bukit di Yordania, mungkin pernah menjadi bagian dari istana Israel kuno yang dibangun sekitar 2.800 tahun yang lalu,” kata laporan tersebut mengutip penelitian dua cendekiawan terkemuka Israel soal studi terbaru terhadap situs tersebut.
Dalam laporan itu dijelaskan kalai ada blok batu ashlar berukir yang ditemukan di situs Alkitab Mahanaim, tepat di sebelah timur Dayr Allah modern di Yordania.
“Kemungkinan (artefak batu berukir) merupakan sisa-sisa dari masa ketika Kerajaan Israel menguasai sebagian wilayah ini, kata para peneliti,” tulis laporan tersebut.
Penelitian tersebut, yang diterbitkan di Tel Aviv: Jurnal Institut Arkeologi Universitas Tel Aviv pada hari Rabu, mengidentifikasi artefak dengan membandingkan ikonografinya dengan gambar yang ditemukan di situs Israel terkenal lainnya di Sinai .
Puncak Kembar
Studi ini berpusat pada dua gundukan tanah yang berdekatan yang menempati sebuah lingkaran di Sungai Zarka, sekitar enam kilometer di sebelah timur tempat sungai itu mengalir ke Sungai Yordan.
“Bukit di sebelah barat, yang sekarang dikenal sebagai Tall adh-Dhahab al-Gharbi (Tulul adh-Dhahab), menyimpan sisa-sisa kota kuno yang dihuni selama beberapa periode di zaman kuno, dan di sinilah blok-blok yang dipahat itu ditemukan,” kata laporan tersebut.
Dtambahkan, di seberang sungai terdapat Tall adh-Dhahab al-Sharqi, yang memiliki sisa-sisa arkeologi yang lebih sedikit, mungkin dari satu kuil kuno.
“Selama lebih dari satu abad, para sarjana telah mengidentifikasi Zarka sebagai Jabbok dalam Alkitab, anak sungai Yordan yang digambarkan mengalir melalui Gilead, nama yang diberikan Alkitab untuk wilayah Transyordania ini. Mereka juga telah mengidentifikasi gundukan kembar al-Gharbi dan al-Sharqi, masing-masing sebagai kota Mahanaim dalam Alkitab dan kuil Penuel yang berdekatan. Mahanaim (yang berarti “dua kubu” dalam bahasa Ibrani),” tulis laporan tersebut.
(oln/rntv/hrzt/*)