Jakarta, CNBC Indonesia – Produsen mobil-mobil Eropa tengah menghadapi potensi ancaman beban biaya yang besar. Hal itu menyusul langkah Uni Eropa meningkatkan batas emisi karbon untuk kendaraan baru, demi mengejar target karbon netral pada 2050.
Beban biaya itu ialah denda tinggi karena tak mampu mematuhi standar emisi benua biru yang makin tinggi, didasari oleh beratnya keuangan industri otomotif Eropa sepanjang 2024, dipengaruhi seretnya penjualan.
Batas emisi rata-rata Uni Eropa dari penjualan kendaraan baru turun menjadi 93,6 gram karbon dioksida per kilometer (g/km) pada 2025, mencerminkan penurunan 15% dari baseline pada 2021 sebesar 110,1 g/km.
“Ini adalah masalah besar karena mereka masih berjuang untuk membuat pergeseran dan untuk merestrukturisasi, seperti yang telah kita lihat dengan semua yang sedang berlangsung di VW selama beberapa minggu dan bulan terakhir sambil menyesuaikan organisasi dengan dunia baru,” kata Ekonom senior sektor transportasi dan logistik ING Bank Belanda, Rico Luman, dilansir CNBC International, Sabtu (11/1/2025).
Luman mengatakan, sebagian besar raksasa mobil top Eropa kini masih jauh untuk bisa mencapai target CO2 baru Uni Eropa. Mengingat opsi penjualan kendaraan listrik berbasis baterai masih berat karena masih tingginya biaya produksi mobil-mobil Eropa, termasuk untuk jenis hybrid.
Saat ini, baru Volvo Swedia yang dianggap sebagai satu-satunya pembuat mobil besar yang berhasil memenuhi target pengurangan emisi, bersama dengan pabrikan EV AS seperti Tesla dan beberapa perusahaan Cina.
Stephen Reitman, kepala Riset otomotif Eropa di Bernstein, mengatakan pembuat mobil yang beroperasi di Eropa menghadapi masalah denda emisi besar-besaran tahun ini mengingat pengetatan peraturan Uni Eropa.
“Sekarang mereka dapat memitigasinya dengan menggabungkan perusahaan bersama perusahaan yang memiliki kelebihan kredit rumah kaca. Tapi perusahaan-perusahaan itu adalah satu, Tesla, dan yang besar lainnya adalah Volvo, yang dimiliki oleh Geely [China],” kata Reitman.
Sementara itu, Asosiasi Produsen Mobil Eropa atau ACEA)telah meminta Komisi Eropa untuk memberikan “langkah-langkah bantuan mendesak” pada aturan baru, sementara Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan seharusnya tidak ada denda bagi perusahaan mobil yang gagal mematuhi standar baru.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan akhir tahun lalu, dia akan mengadakan dialog strategis tentang masa depan industri otomotif Eropa.
Dialog yang dijadwalkan akan diluncurkan secara resmi bulan ini dirancang untuk dengan cepat menerapkan langkah-langkah yang sangat dibutuhkan sektor ini.
(dce)