Setiap anggota keluarga, termasuk yang tinggal di luar Toraja, biasanya akan pulang untuk ikut serta dalam perayaan ini. Setelah semua ritual selesai, jenazah akan dimakamkan di tempat yang unik, seperti di tebing batu, gua, atau liang khusus yang telah dipahat.
Proses pemakaman ini memiliki nilai simbolis yang mendalam karena dipercaya membantu arwah mencapai dunia leluhur dengan aman. Makam-makam ini sering dihiasi dengan patung kayu yang disebut tau-tau, yang merupakan representasi dari almarhum.
Tau-tau ini berfungsi sebagai penjaga arwah dan simbol penghormatan keluarga kepada leluhur mereka. Rambu Solo tidak hanya menjadi warisan budaya masyarakat Toraja tetapi juga daya tarik wisata yang menarik perhatian wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Meski demikian, upacara ini tetap dijalankan dengan penuh kesakralan dan tidak sekadar menjadi tontonan. Bagi masyarakat Toraja, Rambu Solo adalah bukti cinta dan bakti mereka kepada keluarga yang telah meninggal.
Tradisi ini mengajarkan pentingnya menghormati leluhur, menjaga hubungan kekeluargaan, dan melestarikan nilai-nilai adat yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Dalam konteks modern, Rambu Solo menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal biaya yang semakin meningkat dan perubahan gaya hidup masyarakat Toraja. Namun, hingga saat ini, tradisi ini tetap bertahan sebagai simbol identitas budaya yang kuat dan sarana menjaga harmoni antara manusia dan dunia spiritual.
Rambu Solo bukan hanya sebuah upacara adat, tetapi juga cerminan kebijaksanaan lokal yang mendalam, yang terus hidup di tengah arus modernisasi.
Penulis: Belvana Fasya Saad