Jakarta, FORTUNE – Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melemah 4,10 persen selama perdagangan Rabu (8/1), setelah kabar soal penutupan layanan e-commerce untuk produk fisik perseroan.
Dikutip dari IDX Mobile, saham BUKA terkoreksi ke Rp117 dari harga penutupan di hari sebelumnya (7/1), yakni Rp122 per saham. Volume transaksi atas BUKA mencapai 592 juta, dengan nilai transaksi Rp69,5 miliar, dan frekuensi transaksi 8.070 kali.
Analis Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan, dalam jangka pendek, reaksi pasar terhadap pengumuman Bukalapak tampak cukup negatif. “Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian investor atas prospek bisnis BUKA setelah transisi ini,” jelasnya.
Secara teknikal, Hendra mengatakan, jika sentimen negatif terus berlanjut dan saham BUKA menembus level support psikologis di Rp 107, ada kemungkinan harga saham bisa turun lebih lanjut hingga mendekati Rp100.
Ia berujar, “Level ini menjadi penting karena jika ditembus, akan menciptakan tekanan jual yang lebih besar dan memperburuk sentimen pasar.”
Menurutnya, keputusan BUKA itu berisiko menurunkan pendapatan perseroan dalam jangka pendek, khususnya karena segmen lokapasar fisik memiliki basis pelanggan yang luas dan sudah mapan.
Langkah BUKA menyetop penjualan produk fisik juga dapat mengurangi diversifikasi sumber pendapatan dan meningkatkan ketergantungan pada layanan produk virtual. Hendra menilai, produk virtual kemungkinan membutuhkan waktu untuk mencapai skala yang menguntungkan.
Namun, jika BUKA berhasil mengoptimalkan layanan pada produk virtual, ada peluang untuk meningkatkan margin keuntungan karena biaya operasional lebih rendah daripada penjualan barang fisik. “Selain itu, konsumen yang terbiasa dengan platform BUKA untuk transaksi fisik bisa diarahkan untuk menggunakan layanan digital, asalkan transisi dilakukan dengan lancar tanpa mengganggu pengalaman pengguna,” kata Hendra.
Dalam jangka panjang, jika BUKA berhasil melakukan transisi dengan baik dan menunjukkan pertumbuhan yang kuat di segmen layanan digital, maka ada potensi bagi saham BUKA untuk kembali menarik minat investor. Sayangnya, dalam jangka pendek hingga menengah, investor kemungkinan akan tetap berhati-hati sambil menunggu bukti lebih lanjut tentang keberhasilan strategi baru ini.
Dus, saham BUKA diprediksi akan menghadapi volatilitas tinggi dalam waktu dekat. “Investor perlu mencermati perkembangan kinerja perusahaan serta respons pasar terhadap perubahan strategi yang dilakukan oleh manajemen BUKA,” imbuh Hendra.
Koreksi saham BUKA hari ini terjadi seiring dengan pengumuman perseroan yang menghentikan layanan produk fisik secara bertahap sampai dengan Februari 2025. Ke depan, perseroan akan fokus dengan produk virtual di platform lokapasarnya.
Mengapa BUKA melakukan langkah tersebut? Head of Media and Communications Bukalapak, Dimas Bayu mengatakan, “Kami juga sedang berfokus pada pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan untuk terus tumbuh lebih baik kedepannya sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham.”
Sedikit berbeda dengan Hendra, Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji menilai penutupan produk fisik BUKA sebagai langkah tepat karena perseroan memang berfokus pada digital marketplace. Harapannya, keputusan itu akan mampu meningkatkan kinerja BUKA dari segi pendapatan, sekaligus mengurangi rugi bersih.
“Untuk mencapai titik profitable-nya memang harus terus menggenjot kinerja top line, juga harus bisa menekan cost of goods sold dan biaya operasional,” jelasnya. “[Penutupan layanan produk fisik] sebenarnya bisa semakin menekan biaya itu.”
Adapun, Mirae menetapkan target harga BUKA di kisaran Rp163.