Liputan6.com, Yogyakarta – Sejarah panjang budidaya sorgum di Indonesia yang telah dimulai sejak abad keempat menyimpan potensi besar untuk menjawab tantangan ketahanan pangan nasional di masa kini. Tanaman serbaguna ini menawarkan berbagai solusi, mulai dari substitusi gandum hingga pemanfaatan zero waste untuk berbagai keperluan industri.
Mengutip dari berbagai sumber, catatan sejarah menunjukkan bahwa sorghum telah dibudidayakan di Nusantara jauh sebelum tanaman pangan lain yang kini populer. Meski demikian, eksistensinya sempat meredup seiring dengan dominasi beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Keistimewaan sorgum terletak pada sifatnya yang dapat dimanfaatkan secara menyeluruh tanpa menyisakan limbah. Biji sorghum dapat diolah menjadi tepung yang berpotensi menggantikan tepung gandum dalam berbagai produk pangan.
Hal ini membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum. Batang tanaman sorghum mengandung nira yang dapat diproses menjadi gula, menawarkan alternatif dalam industri pemanis.
Daun dan ampas hasil pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak berkualitas tinggi, menciptakan nilai tambah bagi peternak. Inovasi dalam pengolahan sorghum terus berkembang hingga sektor konstruksi.
Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi biomasa sorghum dengan molase dapat menghasilkan genteng komposit yang tidak hanya ringan tetapi juga tahan gempa. Ini memberikan solusi untuk pembangunan infrastruktur yang lebih aman.
Dari segi kesehatan, biji sorghum menyimpan berbagai manfaat nutrisi. Kandungan antioksidan dan senyawa bioaktifnya berperan dalam mengurangi peradangan dan mencegah kanker. Sorghum juga menjadi alternatif aman bagi penderita alergi gluten karena sifatnya yang bebas gluten.
Tanaman ini juga menawarkan solusi untuk permasalahan stunting di Indonesia. Kandungan protein, zat besi, dan nutrisi penting lainnya dalam sorghum berpotensi mendukung program pemerintah dalam mengatasi masalah gizi pada anak-anak.