TRIBUNNEWS.COM – Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, meminta Rusia untuk mengaku telah menembak pesawat Azerbaijan Airlines dengan nomor penerbangan J2-8243 pada hari Natal, meskipun tidak sengaja.
Ia mengkritik Rusia karena mencoba untuk menutupi masalah tersebut.
“Kita dapat mengatakan dengan sangat jelas bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh Rusia … Kami tidak mengatakan bahwa itu dilakukan dengan sengaja, tetapi itu dilakukan,” katanya kepada televisi pemerintah Azerbaijan, Minggu (29/12/2024).
llham Aliyev mengatakan pesawat itu, yang jatuh di Kazakhstan pada hari Rabu (25/12/2024) dan menewaskan 38 dari 67 penumpang, terkena tembakan dari darat di atas Rusia.
“Rusia mencoba untuk menutupi masalah tersebut selama beberapa hari. Saya kesal dan terkejut oleh versi kejadian yang diajukan oleh pejabat Rusia,” ungkapnya.
Ia mengatakan hari-hari setelah insiden itu, lembaga-lembaga Rusia mengatakan ada ledakan beberapa tabung gas di dekat lokasi jatuhnya pesawat.
“Selain itu, beberapa pihak di Rusia telah mempercayai teori bahwa pesawat itu ditabrak oleh burung. Kedua teori itu bodoh dan tidak jujur,” jelasnya, seperti diberitakan BBC.
Para pakar penerbangan dan lainnya meyakini GPS pesawat terpengaruh oleh gangguan elektronik dan kemudian rusak oleh pecahan peluru dari ledakan rudal pertahanan udara Rusia.
Presiden Azerbaijan mengajukan sejumlah tuntutan kepada Rusia pada Jumat (27/12/2024) atas insiden tersebut, yaitu menuntut Rusia mengakui kesalahan, menghukum mereka yang bersalah dan membayar kompensasi kepada pemerintah Azerbaijan serta para korban.
Namun hanya satu tuntutan yang terpenuhi yaitu permintaan maaf dari Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (28/12/2024).
Pernyataan Kremlin tidak mengatakan Rusia telah menembak jatuh pesawat itu, hanya menyebutkan kasus pidana telah dibuka.
Putin Minta Maaf, tapi Tak Akui Rusia Tembak Pesawat Azerbaijan
Sebelumnya, Kremlin mengatakan sistem pertahanan udara sedang menembaki dekat Grozny, ibu kota regional republik Rusia Chechnya, tempat pesawat itu berusaha mendarat, untuk menangkis serangan pesawat tak berawak Ukraina.
“Insiden tragis itu terjadi ketika sistem pertahanan udara Rusia menangkis pesawat tak berawak Ukraina,” kata Putin, Sabtu (28/12/2024).
Putin juga menyampaikan belasungkawa yang dalam dan tulus kepada keluarga korban.
Presiden Rusia mengakui pesawat itu berulang kali mencoba mendarat di bandara Grozny, di Chechnya.
“Namun, pada saat itu kota Grozny, Mozdok dan Vladikavkaz sedang diserang oleh pesawat tak berawak Ukraina, dan sistem pertahanan udara Rusia menangkis serangan ini,” kata Putin, seperti diberitakan Reuters.
Setelah jatuhnya pesawat itu, Presiden Azerbaijan memberikan penghormatan kepada pilot dan penumpang yang meninggal dunia.
Meski menjadi sekutu Rusia, Azerbaijan mengatakan terkejut dengan tindakan Rusia.
“Tidak seorang pun akan mengira bahwa di negara yang bersahabat dengan kita, pesawat kita akan ditembaki dari darat,” kata Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev saat memberikan penghormatan kepada para korban.
Tiga awak pesawat yaitu Kapten Igor Kshnyakin, kopilot Alezander Kalayaninov, dan pramugari Hokuma Aliyeva, diberi penghargaan istimewa karena mendaratkan pesawat dengan cara yang memungkinkan 29 orang selamat, meskipun hal itu menyebabkan kematian mereka sendiri.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)