Laporan Wartawan TribunJatim.com, Benni Indo
TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mencatat ada delapan titik banjir di Kota Malang, Rabu (25/12/2024).
Delapan titik banjir itu terpantau di dua kecamatan, yakni Kecamatan Kedungkandang dan Blimbing.
Di Kecamatan Kedungkandang, banjir terjadi di kawasan Kelurahan Madyopuro, Lesanpuro, hingga Kedungkandang.
Sementara di Blimbing, laporan banjir terpantau di kawasan Jodipan atau wilayah Kampung Warna-warni Jodipan.
Kepala BPBD Kota Malang, Prayitno mengatakan, data sementara yang tercatat ada 254 rumah yang terendam banjir.
BPBD Kota Malang juga mendata 45 orang dievakuasi dari lokasi banjir.
Prayitno menjelaskan, banjir terjadi saat hujan dengan intensitas lebat terjadi kemarin sore.
“Ini memicu meningkatnya debit air Sungai Brantas dan Amprong di Kota Malang. Kondisi diperparah dengan hujan lebat di wilayah hulu sungai, sehingga debit air sungai meluap ke jalan dan permukiman warga,” ujar Prayitno, Rabu (25/12/2024).
Banjir terparah berada di Kelurahan Madyopuro Gang Mirej.
Ketinggian air di tempat itu hingga 135 centimeter.
BPBD Kota Malang mendirikan dapur umum bersama Tagana untuk membantu kebutuhan warga.
Makanan juga didistribusikan ke warga yang terdampak banjir.
“Seperti makanan siap saji, lauk pauk, biskuit, selimut, kasur lipat, alas dan pakaian,” jelasnya.
BPBD Kota Malang menjelaskan, debit air sudah menyurut hingga Rabu siang.
Masyarakat juga mulai kembali ke rumah untuk bersih-bersih.
Meski begitu, Prayitno tetap mengimbau masyarakat wapada dan memantau kondisi ketika hujan lebat kembali terjadi.
“Kami juga terus lakukan pemantauan berkala. Kami imbau agar masyarakat tetap waspada terhadap bencana dan potensi kerawanan banjir lanjutan,” sarannya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua RT 9 Kelurahan Lesanpuro Malang, Suratin mengatakan, warganya panik mengetahui air mulai tinggi dan masuk ke dalam rumah.
Jerit tangis ia dengar dari warga.
Banjir kali ini cukup parah, sehingga meninggalkan banyak kotoran di rumah dan jalanan.
“Saat peristiwa terjadi, awalnya aman semua. Kemudian jerit tangis itu terjadi. Air masuk ke rumah. Semakin malam semakin banjir,” katanya.
Melihat kondisi yang semakin parah, warga dievakuasi ke Balai RW. Mereka menunggu di sana sampai tengah malam.
Sekitar pukul 24.00 WIB, hujan mulai reda.
Wargapun kembali ke rumahnya masing-masing.
Saat kembali ke rumah, mereka tidak bisa langsung istirahat.
Alih-alih merebahkan badannya, warga malah harus membersihkan rumah yang kotor karena lumpur. Barang-barang yang bisa diselematkan disisihkan.
“Jadi pulang langsung bersih-bersih. Sampai pukul 3 pagi itu,” kata Suratin.
