Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Daftar 10 Saham Kesehatan di BEI dan Kinerjanya, Lengkap!

Daftar 10 Saham Kesehatan di BEI dan Kinerjanya, Lengkap!

Pasar modal Indonesia yang dikelola oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki berbagai sektor saham yang mencerminkan beragam industri di Tanah Air. Mulai dari sektor keuangan, properti, energi, hingga kesehatan.

Pada dasarnya, sektor saham adalah kumpulan perusahaan yang menjalankan jenis bisnis yang serupa. Dengan adanya pengelompokan sektor saham, akan lebih mudah untuk menilai kinerja perusahaan atau emiten berdasarkan kategori atau jenis usaha mereka. Para investor juga lebih akurat dalam membandingkan kinerja satu emiten dengan emiten lainnya.

Berikut daftar lengkap saham sektor kesehatan beserta kinerjanya sepanjang 2024 yang menarik diketahui. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. PT Kimia Farma Tbk (KAEF)

Emiten farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatat penjualan sebesar Rp2,53 triliun pada kuartal I-2024. Jumlah itu meningkat 10,08 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp2,30 triliun.

Penjualan ini sebagian besar berasal dari penjualan lokal kepada pihak ketiga yang mencapai Rp2,24 triliun, sementara penjualan kepada pihak berelasi sebesar Rp258,44 miliar. Kemudian, jika digabung dengan penjualan internasional, total penjualan dari produk yang dihasilkan oleh KAEF mencapai Rp724,69 miliar.

Adapun pada penjualan KAEF yang berasal dari produk yang diproduksi pihak ketiga mencapai Rp1,81 triliun. Sementara beban pokok penjualan KAEF mencapai Rp1,71 triliun, meningkat 18,67 persen dibandingkan kuartal I-2023 yang tercatat sebesar Rp1,44 triliun.

Kemudian, laba bruto KAEF mengalami penurunan sebesar 4,40 persen menjadi Rp820,83 miliar. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun lalu, KAEF mencatat laba bruto sebesar Rp858,58 miliar.

Akibatnya, pada kuartal I-2024, KAEF mencatatkan kerugian Rp102,73 miliar, berbanding terbalik dengan laba sebesar Rp386,49 juta yang diperoleh pada kuartal I-2023.

2. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Saham kesehatan berikutnya adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang mencatat kenaikan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp2,37 triliun hingga kuartal III-2024. Laba tersebut menunjukkan peningkatan signifikan 15,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai Rp2,06 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan KLBF, penjualan bersih juga mengalami kenaikan sebesar 7,4 persen. Mencapai Rp24,23 triliun hingga kuartal III-2024, dibandingkan dengan Rp22,56 triliun pada kuartal III-2023.

Penjualan bersih Kalbe Farma didorong oleh segmen obat resep yang mengalami peningkatan sebesar 10,4 persen menjadi Rp6,25 triliun hingga kuartal III-2024. Meningkat dibandingkan dengan Rp5,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, segmen produk kesehatan juga berkontribusi dengan kenaikan 4,0 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp2,74 triliun hingga kuartal III-2024, dari Rp2,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Selanjutnya, segmen nutrisi meningkat sebesar 2,8 persen menjadi Rp6 triliun hingga kuartal III-2024, dibandingkan dengan Rp5,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Segmen distribusi dan logistik juga mengalami pertumbuhan sebesar 12,6 persen, dengan kontribusi mencapai Rp7,86 triliun hingga kuartal III-2024, naik dari Rp6,98 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Terakhir, ekspor dari seluruh segmen memberikan kontribusi sebesar Rp1,32 triliun hingga kuartal III-2024. Angka tersebut sedikit menurun dari Rp1,42 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

3. PT Industri Jamu dan Farmasi SIDO Muncul Tbk (SIDO)

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatat laba bersih sebesar Rp778,11 miliar hingga kuartal III-2024. Meningkat 33 persen dari Rp586,57 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2024, produsen jamu terbesar di Indonesia ini meraih penjualan bersih Rp2,62 triliun, tumbuh 11,42 persen dibandingkan Rp2,36 triliun pada kuartal III-2023.

Penjualan ekspor SIDO juga meningkat 75 persen dibandingkan tahun lalu, menyumbang 8 persen dari total penjualan. Segmen jamu herbal dan suplemen berkontribusi Rp1,54 triliun, naik 6,17 persen YoY. Sementara segmen makanan dan minuman mencapai Rp986,04 miliar dan farmasi Rp95,28 miliar.

Beban pokok penjualan SIDO tercatat Rp1,13 triliun, meningkat 4,19 persen YoY, sehingga laba kotor mencapai Rp1,48 triliun, naik 17,32 persen dari tahun lalu.

Laba usaha kuartal III-2024 tumbuh 32 persen YoY menjadi Rp969 miliar, dengan marjin laba usaha meningkat dari 31 persen menjadi 37 persen hingga kuartal III-2024.

4. PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)

Saham kesehatan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) mencatat laba sebesar Rp1,08 triliun hingga kuartal III-2024, meningkat 13,7 persen dari Rp 952,18 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Penjualan bersih perusahaan juga naik 3,93 persen dari Rp9,76 triliun pada kuartal III-2023 menjadi Rp10,15 triliun pada 2024.

TSPC mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp6,29 triliun, meningkat dari Rp5,76 triliun tahun lalu, sehingga laba bruto mencapai Rp3,85 triliun, naik dari Rp2,83 triliun pada kuartal III-2023.

Dari total penjualan, segmen domestik menyumbang Rp9,8 triliun, sementara penjualan luar negeri mencapai Rp343 miliar.

5. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)

PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencatat laba bersih sebesar Rp634,88 miliar hingga kuartal III-2024, mengalami penurunan 26,09 persen dari Rp858,90 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, SILO mencatat pendapatan sebesar Rp9,12 triliun hingga kuartal III-2024, tumbuh 10,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan ini didorong oleh segmen rawat inap yang mencapai Rp5,08 triliun, naik dari Rp4,73 triliun tahun lalu, serta segmen rawat jalan yang meningkat dari Rp3,51 triliun menjadi Rp4,04 triliun.

Sementara itu, beban pokok perseroan juga meningkat 9,87 persen YoY menjadi Rp5,51 triliun, sehingga laba kotor mencapai Rp3,61 triliun, tumbuh 11,84 persen secara tahunan.

Di sisi lain, beban usaha meningkat menjadi Rp2,11 triliun atau naik 14,58 persen YoY, dengan beban lain-lain mencapai Rp464,96 miliar. Akibatnya, laba usaha mengalami penurunan 16,57 persen dibandingkan tahun lalu.

SILO mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp634,88 miliar, turun 26,09 persen secara tahunan.

6. PT Soho Global Health Tbk (SOHO)

Emiten penyedia kesehatan terkemuka PT Soho Global Health Tbk (SOHO), mencatat laba bersih sebesar Rp255,59 miliar pada semester I-2024, meningkat 46,9 persen YoY dari Rp153,54 miliar tahun lalu.

Pendapatan perusahaan mencapai Rp4,88 triliun dalam enam bulan pertama 2024, naik 23,29 persen dibandingkan Rp3,95 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Rincian pendapatan menunjukkan bahwa produk obat menyumbang Rp2,48 triliun, meningkat 21,57 persen dari Rp2,04 triliun tahun lalu. Produk kesehatan konsumen mencapai Rp1,66 triliun, naik 16 persen dari Rp1,43 triliun, sementara alat kesehatan melonjak 49,58 persen menjadi Rp721,73 miliar dari Rp482,5 miliar pada semester pertama tahun lalu.

Laba kotor SOHO mencapai Rp766,29 miliar per Juni 2024, meningkat 21,58 persen dari Rp630,26 miliar tahun lalu.

SOHO juga mengalami penurunan pada beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban penelitian dan pengembangan. Sebab itu, laba usaha SOHO melonjak 45,48 persen menjadi Rp275,38 miliar, dibandingkan Rp189,29 miliar pada semester I-2023.

7. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)

Saham kesehatan yang mempunyai jaringan rumah sakit, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) mencatat pendapatan sebesar Rp2,45 triliun pada kuartal I-2024, meningkat 19,51 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Laba bersih Mitra Keluarga melonjak 32,54 persen menjadi Rp600,56 miliar, naik dari Rp453,10 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Diketahui, 68,51 persen pendapatan MIKA berasal dari segmen rawat inap, yaitu Rp1,68 triliun. Sementara sisanya Rp772,03 miliar berasal dari bisnis rawat jalan. Pendapatan rawat inap MIKA meningkat 22,63 persen secara tahunan. Sedangkan pendapatan rawat jalan MIKA tumbuh 14,63 persen.

Peningkatan beban pokok pendapatan MIKA yang mencapai 9,71 persen lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pendapatan, sehingga margin laba kotor MIKA meningkat menjadi 53,88 persen dari 49,61 persen pada kuartal I-2023.

8. PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY)

PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) atau Primaya Hospital Group mencatatkan kenaikan pendapatan bersih sebesar 20 persen menjadi Rp520,4 miliar di kuartal I-2024, dibandingkan Rp434,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan PRAY berasal dari berbagai sumber, termasuk pendapatan medis rawat inap Rp178,3 miliar, pelayanan pasien rawat inap Rp151,4 miliar, penunjang media rawat jalan Rp129,1 miliar, pelayanan poliklinik Rp23,5 miliar, dan pendapatan laboratorium Rp43,1 miliar.

Beban pokok pendapatan PRAY tercatat Rp370,8 miliar, sehingga laba kotor mencapai Rp149,56 miliar. Setelah dikurangi beban usaha Rp82,1 miliar, laba usaha menjadi Rp67,5 miliar.

PRAY juga mencatatkan beban lain-lain sebesar Rp37,2 miliar, tetapi total penghasilan mencapai Rp28,58 miliar. Laba sebelum pajak tercatat Rp96,08 miliar, setelah dikurangi beban pajak Rp15,9 miliar. Dengan demikian, laba periode berjalan kuartal I-2024 adalah Rp80,15 miliar, turun dari Rp95,46 miliar di kuartal I-2023.

9. PT Murni Sadar Tbk (MTMH)

Emiten perdagangan besar alat laboratorium, farmasi dan kedokteran untuk manusia, PT Murni Sadar Tbk (MTMH), mencatatkan pendapatan sebesar Rp807,29 miliar hingga kuartal III-2024, meningkat dari Rp678,83 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi Rp589,35 miliar, naik dari Rp511,57 miliar, sehingga laba bruto mencapai Rp217,94 miliar, dibandingkan dengan Rp167,26 miliar sebelumnya.

Laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp23,85 miliar, meningkat signifikan dari Rp1,23 miliar. Kemudian, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp18,91 miliar, lebih tinggi dibandingkan laba bersih Rp118,82 juta tahun lalu.

Di sisi lain, total liabilitas mencapai Rp891,69 miliar hingga 30 September 2024, meningkat dari Rp708,74 miliar pada 31 Desember 2023.

10. PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA)

Saham kesehatan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mencatat penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp194,3 miliar hingga kuartal III-2024, turun 17,5 persen dibandingkan kuartal III-2023 yang mencapai Rp235,6 miliar.

Pendapatan hingga kuartal III-2024 tercatat sebesar Rp1,59 triliun, mengalami penurunan 0,87 persen dari Rp1,61 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Laba kotor PRDA juga menurun 1,87 persen, dari Rp978,3 miliar pada kuartal III-2023 menjadi Rp960 miliar pada kuartal III-2024.

Selain itu, laba usaha menyusut 21,1 persen menjadi Rp218,7 miliar hingga kuartal III-2024, dibandingkan dengan Rp277,48 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Demikianlah daftar saham kesehatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan kinerjanya pada 2024. Tertarik membelinya?