TRIBUNJATIM.COM – Seorang pemilik toko kelontong syok dibayar pakai uang palsu Rp 100 ribu.
Pemilik toko kelontong itu bernama Susiah.
Susiah berjualan di Jl Sultan Hasanuddin, Kelurahan Pandang-pandang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pengalaman itu dirasakannya pada Selasa (24/12/2024)
Susiah mengaku syok menemukan uang palsu.
Uang palsu tersebut didapatkannya dari pembeli.
“Tidak tahu yang mana orangnya karena dia beli saat malam hari,” katanya
Dia menyebut, uang palsu didapatkannya dari hasil transaksi jual beli pecahan Rp 100 dan Rp 50 ribu.
Ia mengetahui uang pecahan setelah diteteskan air ke pecahan uang Rp 100 ribu tersebut mudah robek
Sedangkan uang 100 ribu asli diteteskan air tidak mudah robek.
Perbedaan uang palsu itu juga diketahui Susiah, saat diterawang gambar bayangan pada uang Rp 100 ribu tidak terlihat jelas.
“Karena kita tidak ada alat jadi lebih teliti ki lihat uang. Dan diteteskan juga air karena kalau uang asli tidak cepat robek,” ujarnya, melansir dari TribunTimur.
Sebelumnya diberitakan, Satreskrim Polres Gowa telah meringkus 17 tersangka sindikat kasus uang palsu.
Nama ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel)
Bahkan, sosok ASS dikabarkan seorang pengusaha itu disebut mempunyai peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.
Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar
Rumah tersebut adalah milik ASS.
“Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan saat rilis pengungkapan sindikat uang palsu di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024) siang.
Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar
Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.
“Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.
Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp 600 juta.
Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.
“Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” bebernya.
Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.
“Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO,” jelas Yudhi.
Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.
“DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.
Kisah Viral Lainnya
Seorang penjual cilung nangis dibayar pakai uang palsu Rp 50 ribu.
Apalagi ia telanjur memberi kembalian Rp 45 ribu.
Penjual cilung di Kabupaten Bandung Barat itu bernama Pak Didin.
Kisahnya dibagikan akun Instagram @sayaphati, Senin (28/10/2024).
Dalam video yang diunggah @sayaphati, memperlihatkan Pak Didin memperlihatkan uang palsu yang didapatnya.
Dengan wajah lesu, Pak Didin hanya bisa menunduk dan pasrah.
Dalam keterangan, kabar Pak Didin mendapat musibah diduga ditipu pembeli tersebut dari RW setempat.
Sehari-hari Pak Didin mencari nafkah dengan berjualan cilung.
Untuk menjajakan dagangannya, Pak Didin mendorong gerobak hingga berjalan berlasan kilometer.
Dari penjualan cilung tersebut sehari Pak Didin hanya mendapat keuntungan 20 ribu.
Nahas, di tengah perjuangan mencari nafkah tersebut Pak Didin malah ditipu pembeli.
Peristiwa itu terjadi pada suatu sore, Pak Didin hendak berjalan pulang berjualan.
Lalu, ada perempuan berboncengan memanggilnya untuk membeli.
Karena adonannya masih tersisa, Pak Didin pun melayani pembeli tersebut.
Dalam keterangan disebutkan pembeli jajan cilung Rp 5 ribu, melansir dari TribunJabar.
Namun, uang yang diberikan pembeli tersebut Rp 50 ribu sehingga Pak Didin memberikan kembalian Rp 45 ribu.
Saat transaksi tersebut, Pak Didin tak menaruh curiga, lantas langsung pulang.
Hingga akhirnya ia baru sadar keesokan harinya saat ia belanja di warung untuk membuat adonan cilung.
Saat belanja, betapa syoknya Pak Didin karena menurut penjaga warung uang yang dibawanya itu uang palsu.
“Pas subuh abah belanja ke warung buat beli aci telor dll. Ternyata kata orang warung itu uang palsu,” ungkap narasi pengunggah.
Sontak hal itu membuat Pak Didin kaget.
Namun, ia mencoba hendak membelanjakan uang tersebut ke pasar dan warung lain untuk memastikan kembali.
Namun, lagi-lagi orang di pasar dan warung lain pun menyebut hal serupa.
Saat itu Pak Didin pun menangis sampai jatuh sakit 3 hari.
Diketahui uang Rp 50 ribu tersebut jadi modal dagangan Pak Didin.
Namun karena musibah tersebut, uang Pak Didin untuk modal dagangnya raib karena ditukar uang palsu.
Sementara Pak Didin harus melanjutkan usahanya demi mencari nafkah.
Diketahui Pak Didin tidak memiliki anak, namun ia harus menafkahi istrinya di rumah.
Pak Didin hanya tinggal berdua dengan istrinya.
Selain berjuang mencari nafkah, Pak Didin juga bertahan hidup dengan penyakit di kakinya.
Di usianya yang sudah menuai, dengan kaki bengkak, ia berjalan tertatih untuk mencari nafkah mendorong gerobak berjualan cilung.
Kini, video kisah pilu Pak Didin pedagang cilung di Kabupaten Bandung Barat ini viral dan menyita perhatian warganet.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com