TRIBUNNEWS.COM – Tabrakan antara bus Tirto Agung dengan truk bermuatan pakan ternak terjadi di Tol Pandaan, Malang, Jawa Timur, Senin (23/12/2024).
Kecelakaan tersebut mengakibatkan 4 orang tewas dan 48 orang luka-luka.
Keempat korban tewas yakni sopir, Untung Subagyo, kernet, Ahmad Bahrur Rozi, guru dari Kampung Inggris, Subangkit Muliana serta guru perempuan, Iyan Maryana.
Sedangkan para korban luka-luka terdiri dari siswi dan guru SMP IT Darul Quran Mulia Putri, Bogor, Jawa Barat.
Sebanyak 8 korban luka-luka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang.
Mereka mendapat perawatan intensif dan menunggu tindak lanjut operasi.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSSA, dr. Syaifullah Asmiragani, Sp.OT(K), menyatakan ada 7 dokter spesialis yang menangani 8 korban.
Dari 8 korban, 5 di antaranya memerlukan tindakan pembedahan ortopedi karena patah tulang paha, patah tulang kaki, patah tulang tengkorak dan wajah.
“Jadi saat ini untuk hari ini masih belum ada acara operasi lanjutan, karena kami masih menunggu kedatangan dari pihak keluarga inti terutama, jadi kalau kayak gitu kan orangtua atau kakak adik begitu ya, yang sudah dewasa, untuk mendapatkan persetujuan, karena kondisinya stabil,” paparnya, Selasa (24/12/2024).
Terkait biaya parawatan, pihak rumah sakit meminta keluarga tak khawatir karena ditanggung Jasa Raharja.
Kini, 4 korban dirawat di ruang ICU dan 2 di antaranya dipasang ventilator karena trauma berat.
“Perlu diketahui, 8 pasien yang kami tangani ini semuanya merupakan kasus multitrauma. Jadi artinya tidak hanya satu bagian organ saja yang terkena, tapi ada beberapa.”
“Jadi ini melibatkan banyak dokter, sebagian besar mereka menderita cedera kepala dan pendarahan di otak, patah tulang, trauma jantung,” lanjutnya.
Salah satu pasien berinisial A yang berstatus guru SMP telah dilakukan tindakan pembedahan karena kritis.
“Kalau boleh saya langsung saja sedikit memberikan informasi data yang kami operasi kemarin itu adalah ustaz yang mendampingi, Ustaz A itu memang cedera cukup berat dan istrinya meninggal pada saat kejadian jadi kondisinya sampai saat ini masih dalam kondisi kritis,” tukasnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor, Nina Nurmasari, menyatakan para korban luka-luka dirawat di lima rumah sakit berbeda.
“Untuk hal itu (luka) kami tidak bisa menjelaskan, karena sudah dibuka juga call center di rumah sakit masing-masing. Karena kami kan tidak tahu secara medis,” ungkapnya, Selasa (24/12/2024).
Sebanyak 14 siswi yang mengalami luka-luka telah dijemput orang tua.
Para korban berasal dari Jabodetabek hingga luar pulau Jawa.
“Ada yang kondisinya sudah pulang. 14 anak sudah dijemput orang tuanya untuk pulang,” jelasnya.
Penyebab Kecelakaan
Diduga kecelakaan maut diakibatkan kelalaian sopir truk berinisial SW (64) yang masih dirawat.
Dirlantas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Komarudin, mengatakan hasil pemeriksaan sementara menunjukkan truk overheat sehingga harus dihentikan di bahu jalan.
SW sempat mengganjal roda kanan truk, namun tiba-tiba truk meluncur ke belakang.
Di dalam truk tak ada pengemudi sehingga lajunya tak terkendali.
“Pengemudi sempat mengganjal roda kanan, namun saat hendak mengganjal roda kiri, truk mundur ke belakang tanpa ada pengendara,” ungkapnya, dikutip dari TribunnewsBogor.com.
Truk melaju mundur sejauh 700 hingga 800 meter ke belakang dan bertabrakan dengan bus Tirto Agung.
Sebelum bertabrakan dengan bus, dua mobil berhasil menghindari truk yang melaju mundur.
Proses olah TKP telah dilakukan dan kesaksian sopir truk akan disesuaikan dengan CCTV.
“Kita temukan kondisi hand rem berada pada posisi on. Persneling netral. Ini yang nantinya akan kami dalami lebih lanjut. Kita sesuaikan dengan keterangan sopir yang saat ini masih menjalani perawatan,” tukasnya.
Ia menambahkan sopir bus yang tewas dalam kecelakaan tak dapat melihat truk lantaran kondisi jalanan yang menikung.
“Kalau kita lihat dari bawah, memang jalur menanjak dan menikung hampir tidak terlihat kendaraan dari arah depan. Lazimnya di jalan tol hampir sebagian orang tidak akan menduga akan ada kendaraan di jalur yang sama,” lanjutnya.
Perjalanan ke Kampung Inggris
Sebelumnya, Perwakilan Pondok Pesantren Darul Qur’an Mulia, Abdurrahman, mengatakan para siswi yang terlibat kecelakaan ingin memperdalam bahasa Inggris saat liburan sekolah.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini tidak diwajibkan, sehingga hanya 40 santri yang berangkat.
“Istilahnya ini kegiatan santri yang memiliki kecenderungan ingin mendapatkan pendidikan tambahan bahasa Inggris di Pare,” tuturnya.
Para siswi telah mengajukan izin ke pihak ponpes sebelum berangkat dari Bogor ke Kediri.
Pihak ponpes kemudian memfasilitasi dengan menyewakan bus.
“Jadi, anak-anak kami ini mengikuti program sukarela. Jadi ini sifatnya sukarela, tidak diwajibkan dan pilihan bagi anak-anak,” terangnya.
Ia menambahkan para siswi yang ikut ke Kediri duduk di bangku kelas 7 sampai 9 SMP.
“Untuk itu tidak bisa kita sampaikan (sampai kapan program belajar bahasa Inggris). Saat ini kami fokusnya untuk penanganan anak anak dan teman-teman di RS,” lanjutnya.
Sebagian artikel telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Guru SMP Bogor yang Tewas Kecelakaan Bus di Malang Ternyata Boyong Keluarga, Kondisi Suaminya Kritis
(Tribunnews.com/Mohay) (SuryaMalang.com/Frida Anjani) (TribunnewsBogor.com/Vivi Febrianti)