Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah naik lebih dari 1 persen pada Selasa (24/12/2024), membalikkan pelemahan di sesi sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh ekspektasi jangka pendek akan pengetatan pasokan, sementara aktivitas perdagangan menurun menjelang libur Natal dan Hanukkah.
Dilansir dari Reuters, minyak mentah Brent ditutup pada level US$ 73,58 per barel, naik 95 sen atau 1,3 persen. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 86 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 70,10 per barel.
Menurut catatan analis FGE, harga minyak mentah diperkirakan akan tetap berfluktuasi di sekitar level saat ini dalam waktu dekat. Penurunan aktivitas di pasar selama musim liburan membuat pelaku pasar cenderung menunggu gambaran lebih jelas terkait neraca minyak global untuk 2024 dan 2025.
“Perubahan dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pada Desember mendukung pandangan yang lebih optimistis,” ungkapnya.
FGE menambahkan, gangguan pasokan di tengah kondisi pasar saat ini dapat memicu kenaikan harga secara tiba-tiba.
Harga minyak mentah yang saat ini naik juga didukung rencana China untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan (US$ 411 miliar). Langkah ini bertujuan mempercepat stimulus fiskal guna memulihkan ekonomi yang melambat.
Kelvin Wong, analis pasar senior Oanda mengatakan kebijakan ini dapat memberikan dukungan jangka pendek bagi harga minyak mentah WTI di sekitar US$ 67 per barel.
Di sisi lain, pasar turut mencermati data ekonomi AS sebagai konsumen minyak terbesar dunia. Meski kepercayaan konsumen menurun pada Desember 2024, pesanan barang modal utama melonjak pada November 2024, dan penjualan rumah baru menunjukkan pemulihan. Hal ini mengindikasikan perekonomian AS tetap stabil menjelang akhir tahun, sehingga ikut mendorong harga minyak mentah naik.