Belum jelas motif apa yang menggerakkan tersangka pelaku untuk melancarkan teror mobil terhadap pengunjung pasar natal di Magdeburg, Jumat (20/12) pekan lalu. Warga negara Arab Saudi itu kini berada dalam tahanan kepolisian.
Sesaat setelah insiden mematikan itu, komunitas ekstrem kanan mulai memobilisasi kampanye nasional anti kaum migran di Jerman.
“Belum pernah saya mengalami situasi yang sedemikian mengancam,” kata seorang mahasiswa asing di Magdeburg, kepada pusat pencegahan tindak kekerasan “Salam” di negara bagian Sachsen-Anhalt. LSM tersebut melaporkan adanya lonjakan jumlah aduan oleh warga asing yang dibidik kelompok ekstrem kanan.
Didorong, diludahi dan dihina
“Warga di jalan yang menyerupai migran asing didamprat sebagai sebagai ‘teroris’, ‘penjahat’ dan ‘dungu’, kadang-kadang didorong dan diludahi”; demikian laporan dari LSM “Salam”.
Ancaman telah meluas sehingga komunitas migran saling memperingatkan satu sama lain di grup WhatsApp dan Facebook, serta menghimbau agar menghindari tempat keramaian umum.
Fakta bahwa pelaku serangan di Magdeburg bukan cuma warga negara Saudi, tapi juga diduga kuat berpandangan islamofobia dan berideologi ekstrem sayap kanan, adalah sebuah paradoks, kata peneliti radikalisme Hans Goldenbaum dari “Salam” di Mitteldeutscher Rundfunk.”Hal ini menunjukkan keefektifan wacana ekstremis sayap kanan dan betapa terisolasinya wacana tersebut dari kenyataan.”
Mobilisasi nasional ekstremis kanan
Setelah serangan mematikan ke pasar Natal hari Jumat (20/12) lalu, partai-partai, asosiasi dan kelompok ekstremis sayap kanan dan neo-Nazi dikabarkan melakukan mobilisasi di seluruh negeri. Mereka menyerukan deportasi massal terhadap warga asing ilegal dari Jerman.
Pekan lalu, ratusan neo-Nazi berkumpul dalam demonstrasi ekstremis sayap kanan di Magdeburg. Dilaporkan, peserta demo juga melakukan serangan terhadap jurnalis.
Salah satu pembicara pada acara tersebut adalah Thorsten Heise, petinggi neo-Nazi yang sangat militan dan sudah berulangkali berurusan dengan aparat keamanan, karena antara lain pernah mencoba menabrak seorang pengungsi dengan mobil.
Video dari acara tersebut menunjukkan bagaimana Heise meminta peserta demo untuk menyusup ke klub-klub sosial, pemadam kebakaran, dan pemerintahan.
Jurnalis dan pengamat melaporkan bahwa peserta merespons ajakan Heise dengan meneriakkan yel-yel “Jerman bangkit!”. Slogan tersebut dikenal sebagai milik Nazi dan dilarang diucapkan di Jerman.
Kampanye pemilu di masa berkabung
Pada Senin (23/12), partai Alternatif für Deutschland, AfD, menyerukan aksi berkabung, setelah sebelumnya berkampanye memprotes kebijakan keimigrasian.
Ribuan orang mengikuti seruan tersebut, di mana petinggi partai berkumpul dengan simpatisan, kaum muda dan kaum ekstremis sayap kanan dari kelompok hooligan Magdeburg. Mereka dapat dengan mudah dikenali dari pemakaian penutup wajah, tato, dan pakaian khas. Umumnya, warga berkulit putih tidak mempunyai masalah dengan mereka.
Selama pidato pemimpin partai AfD Alice Weidel, massa berulang kali meneriakkan “Deportasi, deportasi, deportasi.” Usai acara yang umumnya sepi pengunjung, para peserta muda berparade di jalanan. Mereka menyerang fotografer, meneriakkan slogan-slogan ekstremis sayap kanan sembari menyeringai dan mencibir. Tidak ada jejak kedukaan.
Peringatan terhadap instrumentalisasi
Pakar ekstremisme sayap kanan Magdeburg David Begrich dari asosiasi Miteinander e.V. memperkirakan Insiden di Magdeburg akan ramai dieksploitasi secara politik, terutama oleh AfD.
Dalam wawancara dengan DW, Begrich mengkritik keras gaya kampanye di Magdeburg. Menurutnya, setelah serangan yang menewaskan lima orang dan melukai sekitar 200 orang itu, fokus semua elemen masyarakat harus tertuju pada para korban dan mereka yang terkena dampak.
“Saya merasakan kebingungan dan kelumpuhan yang luar biasa di Magdeburg. Serangan ini telah menimbulkan luka yang mendalam di kota ini. Hal ini juga mempengaruhi saya secara pribadi: rekan-rekan istri saya juga termasuk di antara yang terluka.”
“Selama korban masih berjuang antara hidup dan mati di rumah sakit, instrumentalisasi serangan amok untuk kepentingan apapun harus dilarang,” kata Begrich. “Nasib para korban sekarang harus menjadi fokus. Urusan lain belakangan. Masyarakat kota tidak menginginkan instrumentalisasi apa pun.”
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman