Jakarta (ANTARA) – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal China guna mempercepat investasi ekosistem mobil listrik di Indonesia.
Pertemuan tersebut dilakukan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dengan perusahaan Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) saat kunjungan kerjanya ke China pada 16-17 Desember.
Menteri Rosan dalam pernyataan di Jakarta, Rabu menyatakan kunjungan ke China tersebut dalam rangka mengawal investasi tiga perusahaan EV asal China yang telah berjalan di Indonesia.
“Sebagaimana pesan dari Bapak Presiden Prabowo justru untuk selalu mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kita jaga,” ujar Menteri Rosan.
Dijelaskannya, dalam pertemuan dengan BYD Auto, pihaknya membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Melalui investasi tersebut, pihaknya meyakini akan memberikan nilai tambah perekonomian yang besar, dan menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, investasi BYD juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon pada tahun 2060, atau lebih cepat.
Ia mengatakan, rencananya BYD akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun, serta terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan.
Peningkatan kapasitas produksi ini rencananya akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan memulai produksi komersial pada awal 2026.
Adapun pabrik BYD di Indonesia ini akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 hektare dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 hektare.
Sementara, pertemuan dengan CNGR New Material, disampaikan Menteri Rosan pihaknya membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia, serta rencana perusahaan untuk membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Di dalam kawasan industri di Konawe tersebut, CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir. CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi saat ini mencapai Rp42,4 trililun dengan jumlah tenaga kerja lokal sebanyak 6.613 orang.
“Pada prinsipnya kami terbuka untuk investasi dan akan memfasilitasi sebaik mungkin agar investasi bisa berkembang lebih besar,” kata Menteri Rosan.
Ia mengatakan, CNGR juga berencana untuk mengundang investor global produsen advance material agar berinvestasi di dalam kawasan. Nantinya, para perusahaan di dalam kawasan tidak hanya akan mengolah nikel, tetapi juga kobalt, mangan dan mineral lainnya.
Lebih lanjut, Menteri Rosan menyatakan dalam pertemuan dengan CATL, pihaknya menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam mempercepat pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Saat ini Group CATL melalui konsorsium CBL (CATL, BRUNP dan Lygend) sedang bekerja sama dengan BUMN ANTAM dan IBC untuk membangun proyek rantai industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi yang dimulai dari pertambangan, smelter, industri bahan baterai (prekursor dan katoda), sel baterai, serta daur ulang baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dan di Karawang, Jawa Barat.
Total investasi dari proyek ini diperkirakan akan mencapai 6 miliar dolar AS atau setara Rp96 triliun.
“Pemerintah mendorong kemajuan kerja sama investasi ekosistem baterai kendaraan listrik karena ini sejalan dengan program hilirisasi dan peningkatan nilai tambah di dalam negeri serta transformasi hijau,” kata Menteri Rosan.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024