Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Upacara Erau, Tradisi Sakral Masyarakat Kutai Kartanegara

Upacara Erau, Tradisi Sakral Masyarakat Kutai Kartanegara

Liputan6.com, Jakarta – Upacara Erau merupakan salah satu warisan budaya yang masih lestari di Kalimantan Timur. Kata Erau sendiri berasal dari bahasa Kutai yang berarti keramaian atau pesta besar.

Upacara ini memiliki nilai sejarah, sosial, dan spiritual yang sangat penting bagi masyarakat Kutai Kartanegara. Tidak hanya menjadi ajang untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting kerajaan, Erau juga menjadi simbol harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad, bermula dari masa Kerajaan Kutai Martadipura hingga era Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Secara umum, pelaksanaan Upacara Erau mencakup berbagai rangkaian ritual dan kegiatan adat.

Upacara ini biasanya dimulai dengan prosesi adat yang disebut Beluluh, yaitu ritual pembersihan diri Sultan Kutai sebagai persiapan untuk memimpin upacara. Ritual ini melibatkan air suci yang diambil dari tujuh mata air berbeda, sebagai simbol penyucian jiwa dan raga.

Setelah itu, dilakukan prosesi adat lainnya seperti Ngangkon Erau, yaitu pengumuman resmi dimulainya Erau kepada seluruh masyarakat. Salah satu daya tarik utama dari Upacara Erau adalah tradisi Mengulur Naga.

Ritual ini melibatkan replika naga yang diarak ke Sungai Mahakam, simbolisasi harmonisasi manusia dengan alam. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, naga adalah makhluk suci yang menjaga keseimbangan alam.

Ritual ini juga mencerminkan harapan masyarakat Kutai untuk mendapatkan berkah dan kesejahteraan dari alam semesta.