Salah satunya adalah aturan bahwa hanya boleh ada tujuh rumah di kampung tersebut. Apabila salah satu keluarga bertambah jumlahnya, maka anggota keluarga yang baru harus pindah dari kampung tersebut untuk mempertahankan tradisi.
Masyarakat Kampung Pulo juga dikenal menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar candi, sehingga kawasan ini terasa sangat asri dan tenang.
Kondisi fisik Candi Cangkuang menunjukkan bahwa bangunan ini pernah mengalami kerusakan berat dan telah melalui proses pemugaran. Upaya pelestarian ini dimulai sejak tahun 1966 setelah ditemukan oleh tim peneliti dari Lembaga Purbakala Nasional.
Kini, Candi Cangkuang menjadi salah satu objek wisata sejarah yang dilestarikan oleh pemerintah setempat. Tidak hanya menjadi tempat wisata, Candi Cangkuang juga kerap dijadikan lokasi penelitian bagi arkeolog dan sejarawan yang ingin mengkaji sejarah perkembangan agama dan budaya di Indonesia.
Mengunjungi Candi Cangkuang bukan hanya menawarkan perjalanan sejarah, tetapi juga pengalaman spiritual dan keindahan alam. Dengan panorama danau yang tenang, hamparan pepohonan hijau, serta udara yang sejuk, tempat ini memberikan suasana yang damai dan menenangkan.
Keberadaan Candi Cangkuang mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa. Dengan mengunjungi dan mempelajari sejarahnya, kita dapat menghargai kekayaan budaya Indonesia yang sangat beragam.
Penulis: Belvana Fasya Saad