TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – SMAN 1 Puri Mojokerto gelar pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) bagi anak muda usia sekolah menengah atas.
Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama henti jantung kepada siswa.
Henti jantung merupakan kondisi medis darurat yang membutuhkan tindakan cepat dan tepat untuk meningkatkan peluang keselamatan korban.
Ketua Pengabdian Masyarakat dr Dhani Tri Wahyu Nugroho SpJP menyampaikan, pelatihan ini mencakup pengenalan tanda-tanda henti jantung, teknik resusitasi jantung paru (RJP), serta penggunaan alat Automated External Defibrillator (AED).
Pemberian informasi mengenai bantuan hidup dasar pada para remaja dinilai penting untuk dilakukan.
Sehingga mereka dapat melakukan tindakan RJP yang merupakan bagian dari pemberian bantuan hidup dasar dengan baik dan benar.
“Dengan meningkatkan kesadaran dan kemampuan siswa SMA dalam memberikan pertolongan pertama, diharapkan angka kematian akibat henti jantung dapat ditekan,” ungkap Ketua Pengabdian Masyarakat dr Dhani Tri Wahyu Nugroho SpJP, Selasa (17/12/2024).
Kegiatan yang melibatkan tim dari PERKI (Perhimpunan Dokter Kardiologi Indonesia) cabang Surabaya, dr Rini Kusumawar Dhany SpM dan dr Budi Santoso SpM ini dilakukan dengan metode pembekalan, ceramah, demonstrasi dan tes yang digelar pada Senin (23/9/2024) lalu.
Sebanyak 83 siswa mendapatkan materi tentang kejadian Henti Jantung, faktor yang mempengaruhi, langkah pemberian bantuan Hidup dasar Awam, dan indikasi diberhentikannya Resusitasi jantung Paru (RJP).
Pembelajaran juga dilakukan melalui simulasi bermain peran yang seolah-olahnya dalam kehidupan yang nyata.
Pemberian simulasi ini juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan para siswauntuk melakukan tindakan RJP dalam kondisi kegawatdaruratan tak terduga yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin.
“Salah satu kelebihan dari metode simulasi ini yaitu dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan,” ungkap dr Dhani Tri Wahyu Nugroho.
Ia menyebut, metode lain yang dinilai efektif dalam mengajarkan BLS adalah melalui diskusi kelompok.
Metode ini memungkinkan peserta untuk berinteraksi secara aktif, bertukar informasi, dan memecahkan masalah bersama-sama.
dr Dhani Tri juga menyampaikan, hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa menunjukkan perubahan signifikan pada tingkat pengetahuan siswa setelah intervensi.
Sejalan dengan hasil kegiatan pengabdian yang menyatakan bahwa pembelajaran simulasi danrole play akan memberi peserta kesempatan untuk belajar secara langsung melalui melihat, mempraktikkan, serta bermain perancara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan ataumemberikan bantuan hidup dasar.
Pihaknya berharap masyarakat akan mengalami peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penanganan kecelakaan.
“Pemberian edukasi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) sangat penting untukmasyarakat awam apalagi bagi usia produktif agar mampu memberikan Bantuan Hidup Dasar bagi orang yang mengalami situasi gawat darurat agar terhindar dari kematian dan kecacatan,” pungkasnya.