Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kualitas Tidur Buruk Jadi Indikasi Hormon Stres Meningkat

Kualitas Tidur Buruk Jadi Indikasi Hormon Stres Meningkat

Jakarta, Beritasatu.com – Tidur yang buruk atau tidak nyenyak dapat menjadi indikator adanya masalah kesehatan yang lebih mendalam, seperti peningkatan kadar hormon stres.

Seorang praktisi holistik bersertifikat dari Massachusetts, dr Mary Beth Ayer menjelaskan, ada sepuluh gejala yang bisa mengindikasikan kadar kortisol atau hormon stres yang tinggi.

“Pola tidur kita bisa memberikan petunjuk penting mengenai hormon stres. Tidur sangat krusial, dan saya paham betul betapa menyebalkannya bangun tidur, tetapi masih merasa lelah,” ujar dr Ayer dikutip dari Medical Daily, pada Rabu (18/12/2024).

Berikut ini adalah gejala-gejala yang perlu diperhatikan menurut dr Ayer terkait dengan kualitas tidur yang buruk:

1. Sering terbangun antara jam 3-4 pagi.
2. Mengalami mimpi yang sangat hidup dan penuh tekanan.
3. Bangun tidur dalam keadaan berkeringat.
4. Pikiran yang cepat bergerak sebelum tidur.
5. Nyeri pada bahu, leher, atau pergelangan tangan saat bangun.
6. Merasa lelah sepanjang hari namun terjaga saat malam hari.
7. Gelisah dan sering berguling-guling saat tidur.
8. Menggertakkan gigi saat tidur.
9. Merasa kepanasan ketika tidur.
10. Merasa sangat lelah saat bangun tidur.

Apabila seseorang mengalami tiga atau lebih gejala yang berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk, dr Ayer menyarankan untuk memeriksa kadar hormon dan mencari cara untuk menyeimbangkan kortisol.

“Salah satu tips saya adalah mengonsumsi protein, lemak, dan karbohidrat dalam waktu satu jam sebelum tidur. Contohnya, yogurt, selai kacang, dan pisang,” jelas dr Ayer.

Kortisol adalah hormon yang berperan penting dalam banyak fungsi tubuh, termasuk pengaturan gula darah, pengurangan peradangan, metabolisme, dan pembentukan memori.

Namun, kadar kortisol yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sindrom cushing.

Selain gangguan tidur, tingginya kadar kortisol juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan, jerawat, gula darah dan tekanan darah tinggi, kelemahan otot, serta osteoporosis atau tulang rapuh.

Kadar kortisol yang tinggi juga dapat memicu munculnya timbunan lemak di punggung atas, wajah yang membulat, dan stretch mark berwarna merah muda atau ungu di kulit.

Mengubah gaya hidup secara sederhana dapat membantu menurunkan kadar kortisol. Tidur yang cukup, olahraga teratur, dan pola makan yang sehat bisa mengurangi stres.

Mengelola stres dengan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, juga terbukti efektif untuk menurunkan kadar kortisol.

Apabila tingginya kadar kortisol disebabkan oleh penggunaan obat glukokortikoid (obat anti-inflamasi) dalam jangka panjang, dokter mungkin akan mempertimbangkan untuk mengurangi dosis atau menghentikannya secara bertahap.

Selain kualitas tidur yang burul, dalam beberapa kasus kadar kortisol yang tinggi dapat disebabkan oleh tumor di kelenjar pituitari yang memerlukan tindakan seperti operasi, terapi radiasi, atau pengobatan khusus.