Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Perang Dagang Trump Makan Korban Baru: Lingerie

Perang Dagang Trump Makan Korban Baru: Lingerie

Jakarta, CNBC Indonesia – Pengusaha China terus bersiap dalam mengantisipasi kemungkinan sanksi dan tarif yang dijatuhkan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump produk Negeri Tirai Bambu. Ini tak terkecuali dalam industri pakaian dalam termasuk lingerie.

Mengutip Reuters, para pengusaha yang ada di daerah Guanyun Timur, yang dikenal sebagai ‘Ibu Kota Pakaian Dalam’ China, khawatir bahwa Trump akan menerapkan tarif atas produk mereka. Pasalnya, ekspor ke AS merupakan salah satu kontributor pendapatan yang besar.

“Tarif yang lebih tinggi akan berdampak relatif besar pada kami,” kata salah satu pemilik pabrik pakaian dalam, Lei Congrui, kepada Reuters, Selasa (17/12/2024).

Sebelumnya, pakaian dalam masuk dalam aturan ‘de minimis’ AS. Ini adalah aturan yang berupaya mengurangi dokumen bea cukai untuk paket yang bernilai hingga US$ 800 (12,8 juta) yang dikirimkan kepada perorangan.

Hal ini telah memicu kebangkitan pesat perusahaan e-commerce China seperti Shein dan PDD Holdings serta Temu. Produsen seperti Lei kemudian berjualan melalui platform tersebut untuk memanfaatkan aturan ‘de minimis’ itu.

Lei mengatakan bahwa nantinya aturan tarif baru Trump ini dapat berdampak kepada masa depan 400 perusahaan di Guanyun Timur, yang mempekerjakan 100.000 orang.

“Jika Anda masuk ke lingkungan mana pun di sekitar sini dan berteriak ‘apakah ada yang membuat pakaian dalam seksi?’, dua kepala akan keluar dari hampir setiap gedung,” tambah Lei.

Nomura memperkirakan China akan mengekspor barang senilai US$ 240 miliar karena mendapatkan manfaat dari ‘de minimis’ tahun ini. Ini mencakup mencakup 7% dari penjualan luar negerinya dan menyumbang 1,3% dari produk domestik bruto.

Nomura memperkirakan bahwa penghapusan aturan oleh AS akan mengurangi pertumbuhan ekspor sebesar 1,3 poin persentase dan pertumbuhan PDB sebesar 0,2 poin. Angka-angka itu akan memburuk secara signifikan jika Eropa dan Asia Tenggara juga menghapus pengecualian tersebut.

“Kami memperkirakan pekerja kerah biru dari pabrik-pabrik kecil yang memproduksi produk-produk tanpa merek, bernilai tambah rendah, dan padat karya akan paling terpengaruh,” kata kepala ekonom China Nomura Ting Lu, seraya menambahkan bahwa sektor pakaian jadi termasuk di antara sektor-sektor tersebut.

Secercah Harapan

Lei mengatakan tarif dan pembatasan e-commerce akan memaksanya untuk menerima volume penjualan yang lebih rendah, dan konsumen AS harus membayar lebih banyak. Dia mempertimbangkan untuk berinvestasi di gudang-gudang AS dan beralih ke model pengiriman kargo curah alih-alih pengiriman langsung ke pelanggan melalui udara, yang dapat menurunkan biaya.

Ia juga tengah mencari klien baru di Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Asia Tengah. Pelanggan juga dapat ditemukan di platform seperti Temu.

Hal serupa juga menjadi pandangan pendiri produsen pakaian dalam Gummy Park, Xu Yan. Ia menjual sepertiga dari produksinya di luar negeri dan yakin pertumbuhan di pasar lain akan mengimbangi penurunan volume penjualan di AS.

“Amerika Serikat hanyalah satu negara. Dunia ini berpenduduk lebih dari 8 miliar orang,” kata Xu.

(sef/sef)