TRIBUNNEWS.COM – Seorang juru bicara Kremlin memberikan penghormatan terakhir pada Letnan Jenderal Rusia, Igor Kirillov yang terbunuh akibat ledakan bom di Moskow pada Selasa (17/12/2024).
Melalui Telegram, perwakilan Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova memberikan pujian atas apa yang dilakukan Kirillov selama hidupnya.
Menurut Zakharova, tidak memiliki rasa takut dalam menjalankan tugasnya.
“Dia bekerja tanpa rasa takut. Dia tidak bersembunyi di balik punggung orang lain,” jelasnya, dikutip dari Huffington Post.
Selama bertugas, Kirillov dianggap telah melakukan segala cara untuk membela Tanah Air mereka.
“Dia menghadapi masalah dengan berani. Demi Tanah Air, demi kebenaran,” terangnya.
Atas segala kebaikannya di dunia, Zakharova berharap Kirillov dapat beristirahat dengan tenang.
“Semoga kenangannya tetap cemerlang, semoga dia beristirahat dengan tenang,” tutupnya.
Sebagai informasi, Kirillov tewas oleh bom di Moskow yang diledakkan dari jauh.
Bom tersebut tampak disembunyikan di di skuter listrik di luar sebuah gedung apartemen di Ryazansky Prospekt.
Komite investigasi Rusia mengatakan bahwa ledakan bom tersebut juga menewaskan asisten Kirillov.
“Igor Kirillov, kepala pasukan perlindungan radiasi, kimia, dan biologi angkatan bersenjata Federasi Rusia, dan asistennya terbunuh,” kata komite investigasi, dikutip dari Al Jazeera.
Atas insiden ini, para penyelidik, ahli forensik, dan layanan operasional sedang bekerja di tempat kejadian untuk menyelidiki ledakan bom yang menewaskan Kirillov.
“Tindakan investigasi dan kegiatan pencarian operasional sedang dilakukan untuk menetapkan semua keadaan kejahatan tersebut,” kata komite tersebut, dikutip dari CNN.
Dalam video yang diunggah di saluran Telegram Rusia, terlihat petugas layanan darurat yang berjalan di luar pintu masuk yang hancur dan dipenuhi puing-puing.
Kantor berita Rusia TASS melaporkan, alat peledak itu memiliki kapasitas sekitar 300 gram setara TNT.
“Alat peledak rakitan itu memiliki kapasitas sekitar 300 gram, setara TNT,” lapor TASS, dikutip dari BBC.
Kematian Kirillov terjadi tepat sehari setelah jaksa Ukraina mendakwa Kirillov secara in absentia atas dugaan penggunaan senjata kimia terlarang di Ukraina.
Menurut Dinas Keamanan Ukraina (SBU), Kirillov diduga menggunakan senjata kimia lebih dari 48.000 kali sejak invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022.
Hal ini menyusul laporan Kolonel Ukraina Artem Vlasiuk yang mengatakan, terdapat lebih dari 2.000 anggota militer Ukraina yang keracunan kimia selama perang dan berakhir dirawat di rumah sakit.
Namun, Rusia membantah tuduhan tersebut.
Selain itu, Inggris juga telah mengenai sanksi kepada Kirillov dan pasukan perlindungan nuklir pada bulan Oktober 2024.
Sanksi ini dijatuhkan kepada Kirillov karena diduga menggunakan agen pengendali huru hara dan ia dilaporkan menggunakan agen beracun chloropicirin di medan perang.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Igor Kirillov