Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya menyoroti pentingnya transformasi sektor pertambangan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, pemberdayaan masyarakat lokal, tata kelola berbasis prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), serta efisiensi ekonomi jangka panjang.
Dalam pidatornya, Bambang menguraikan berbagai strategi untuk mewujudkan pertambangan berkelanjutan sejalan dengan target Indonesia mencapai emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060.
“Kita ingin teknologi, kita ingin digitalisasi itu berorientasi berkelanjutan dengan industrialisasi,” kata Bambang dalam acara Indonesia Mining Summit 2024 di Jakarta, Rabu.
Bambang menekankan pentingnya penggunaan teknologi ramah lingkungan untuk memitigasi dampak kerusakan biodiversitas serta reklamasi pascatambang. Selain itu, pemberdayaan masyarakat lokal menjadi fokus utama, dengan menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan program bantuan sosial.
Dari segi investasi, menurutnya, juga harus membawa manfaat nyata bagi masyarakat, termasuk meningkatkan kesejahteraan lokal dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Meskipun demikian, Bambang menyadari bahwa masih terdapat beberapa tantangan untuk mewujudkan sektor pertambangan yang berkelanjutan.
Tantangan pertama, adanya kebutuhan investasi yang cukup besar untuk teknologi ramah lingkungan, yang menjadi hambatan bagi perusahaan kecil dan menengah.
Kedua, adanya potensi konflik sosial dan lingkungan, terutama terkait hak masyarakat adat dan dampak lingkungan.
Ketiga, persyaratan ketat ESG dari lembaga pembiayaan nasional dan internasional, yang menyulitkan perusahaan yang tidak memenuhi standar untuk mendapatkan pendanaan.
Kemudian keempat, masih adanya ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Tantangan ini mulai diminimalkan melalui kebijakan larangan ekspor sejak 2021.
Tantangan kelima, adanya dinamika geopolitik yang masih tidak menentu. Hal ini berpotensi memengaruhi pasokan sumber daya dan stabilitas ekonomi global.
Meski tantangan besar tengah dihadapi, Bambang melihat peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok global transisi energi.
“Meningkatnya permintaan global terhadap nikel, tembaga dan bahan baku baterai ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi komitmen utama dalam rantai pasok global transisi energi,” jelasnya.
Adapun dalam sesi pertama diskusi yang bertajuk “The Innovation: Strategic Policy and Framework for Mining Exploration for Economic Continuity”, Bambang juga menyoroti sinergi antara hilirisasi dan eksplorasi sebagai langkah strategis untuk memaksimalkan potensi pertambangan Indonesia.
“Kita harus beralih, dari yang tadinya sekadar pemasok, kini menjadi pemain kunci dalam rantai global,” ungkapnya.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024