TRIBUNNEWS.COM, KENDARI – Gerakan inspiratif bernama ‘Back to Masjid’ terus digencarkan di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Gerakan ‘Back to Masjid’ adalah inisiatif nasional Dewan Pengurus Pusat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPP BKPRMI) yang bertujuan memaksimalkan peran masjid sebagai pusat peradaban modern.
Fokus utama gerakan ini meliputi pendidikan, pemberdayaan ekonomi, sosial budaya, kemanusiaan dan pembangunan karakter bangsa, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
Dengan tema ‘Masjid sebagai Pusat Peradaban’, gerakan ‘Back to Masjid’ ingin mengembalikan masjid ke fungsi strategisnya.
Bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat inovasi sosial, kegiatan ekonomi, dan pembentukan generasi unggul.
Hal ini sejalan dengan semangat Indonesia Emas 2045 yang menekankan pentingnya sumber daya manusia berkualitas tinggi, berakhlak mulia, dan berdaya saing global.
Menurut Nanang Mubarok, Ketua Umum DPP BKPRMI, salah satu inisiator gerakan ini, masjid memiliki sejarah panjang sebagai pusat transformasi masyarakat.
“Pada masa lalu masjid bukan hanya tempat salat, tetapi juga pusat pendidikan, konsultasi, dan pemberdayaan ekonomi. Masjid punya potensi besar menjadi pusat transformasi sosial. Jika dioptimalkan, masjid bisa menjadi ruang bagi inovasi, pemberdayaan, dan pendidikan, terutama dalam menghadapi era digital saat ini. Gerakan ini ingin menghidupkan kembali tradisi itu di era modern,” kata Nanang dalam pidato di kegiatan Musyawarah Wilayah DPW BKPRMI Provinsi Sulawesi Tenggara, di Hotel Horison Kota Kendari, Jumat, 13 Desember 2025.
Sebagai bagian dari implementasi gerakan ini, sejumlah inisiatif kegiatan digagas.
Pertama program pendidikan dan literasi berbasis komunitas.
Yaitu dengan mengadakan program pendidikan informal atau non formal seperti kelas edukasi baca tulis aksara Al-Quran, bahasa, literasi digital, keterampilan praktis, dan pelatihan kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan SDM unggul yang berbasis komunitas di masjid-masjid.
“Kedua, penguatan ekonomi umat berbasis masjid. Yakni dengan mengembangkan koperasi berbasis masjid, inkubator bisnis untuk mendukung wirausahawan lokal, pasar komunitas, serta ekosistem wirausaha berbasis masjid untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Ketiga, imbuh Nanang, inisiatif sosial dan budaya, yakni dengan menggelar kegiatan sosial, seperti bakti masyarakat, diskusi budaya, dan seminar inspiratif untuk memperkuat solidaritas sosial.
“Keempat, kemanusiaan, yaitu dengan optimalisasi potensi philanthropy, charity & voluntary sebagai basis sosial untuk mengatasi berbagai problem, musibah, bencana dan kemanusiaan secara global,” jelas Nanang.
Kelima, lanjutnya, transformasi inovasi teknologi dan digital masjid.
Di antaranya meluncurkan aplikasi dan platform digital untuk mempermudah akses jamaah terhadap layanan masjid, berkontribusi dan donasi pada kegiatan sosial, dan mengikuti perkembangan program masjid.
“Kami percaya gerakan ini tidak hanya memperkuat fungsi masjid, tetapi juga membentuk generasi muda yang unggul, berkarakter, dan siap berkontribusi dalam pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045,” kata Nanang.
Gerakan ‘Back to Masjid’ telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah pusat maupun daerah.
Mereka percaya bahwa masjid dapat menjadi motor penggerak transformasi sosial untuk menjawab tantangan zaman.
“Kami berharap gerakan ini menjadi katalisator bagi terciptanya generasi emas yang memiliki karakter kuat, ilmu pengetahuan luas, dan kepedulian sosial tinggi. Mari bersama-sama menjadikan masjid sebagai pilar utama pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” tambah Nanang Mubarok
Turut mendampingi Ketua IV DPP BKPRMI sekaligus Korwil Indonesia Timur, Ahmad Ilham Sipahutar.