Chicago, Beritasatu.com – Harga minyak naik 2% ke level tertinggi dalam 3 minggu pada perdagangan Jumat (13/12/2024) di tengah ekspektasi sanksi tambahan terhadap Rusia dan Iran sehingga dapat memperketat pasokan minyak.
Harga minyak mentah Brent naik US$ 1,08 atau 1,5% ditutup pada US$ 74,49 per barel dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) acuan AS naik US$ 1,27 atau 1,8% ditutup pada US$ 71,29.
Itu adalah penutupan tertinggi harga minyak Brent sejak 22 November 2024 dan membuat kontrak naik 5% dalam seminggu. Sementara harga minyak WTI membukukan kenaikan 6% dalam seminggu dan ditutup pada level tertinggi sejak 7 November.
“Kenaikan harga minyak didorong ekspektasi sanksi lebih ketat terhadap Rusia dan Iran, ekonomi Tiongkok, kekacauan politik Timur Tengah, dan prospek penurunan suku bunga Fed (Federal Reserve AS) minggu depan,” kata analis di firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dikutip CNBC International.
Para duta besar Uni Eropa sepakat mengenakan paket sanksi ke-15 terhadap Rusia minggu ini menyusul perang melawan Ukraina. Sementara AS sedang mempertimbangkan langkah serupa .
Adapun Inggris, Prancis, dan Jerman menyampaikan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa mereka siap jika diperlukan untuk menjadi apa yang disebut snap back dari semua sanksi internasional terhadap Iran. Langkah itu untuk mencegah negara tersebut memperoleh senjata nuklir.
Sementara data Tiongkok minggu ini menunjukkan impor minyak mentah tumbuh pada November untuk pertama kalinya dalam 7 bulan. Angka itu diperkirakan akan tetap tinggi hingga awal 2025 karena para penyuling menambah pasokan dari eksportir minyak terbesar Arab Saudi, yang tertarik dengan harga rendah.
Sedangkan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, permintaan minyak global 2025 naik menjadi 1,1 juta barel per hari (bph) dari 990.000 bph bulan lalu, menyusul langkah-langkah stimulus China.
IEA memperkirakan surplus minyak pada tahun depan ketika negara-negara non-OPEC+ akan meningkatkan pasokan sekitar 1,5 juta barel per hari, didorong Argentina, Brasil, Kanada, Guyana, dan AS.
Para investor juga memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga AS minggu depan, setelah data menunjukkan klaim mingguan asuransi pengangguran meningkat.
Di sisi lain, empat pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa mendukung pemotongan suku bunga asalkan inflasi mencapai target bank sebesar 2% seperti yang diharapkan.
Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.