Lamusa Bahari merupakan produk lampu berbasis LED dan aluminium yang memiliki efisiensi tinggi dengan penghematan sebesar 40 hingga 50 persen. Lampu ini memiliki umur pakai lebih panjang yang mencapai 50 ribu jam pemakaian.
“Saat ini, inovasi kami sudah diimplementasikan untuk meningkatkan produktivitas para nelayan di Desa Paciran, Lamongan dan memiliki potensi pasar yang besar melihat potensi perikanan yang ada,” ujar Iwan, perwakikan inovator ITS.
Dibuat dengan material marine grade, lampu ini dapat digunakan secara fleksibel oleh nelayan dan dapat ditempatkan di seluruh bagian kapal.
Pengaturan intensitas cahaya pada lampu ini pun dapat diatur dan bisa melakukan dimming atau pengaturan peredupan LED untuk menghemat daya serta efisiensi energi.
Meski demikian, tingkat pemanasan lampu ini masih lebih rendah dibanding lampu konvensional biasanya, sehingga dapat terhindar dari overheat yang bisa mengganggu kerja lampu.
Selain itu, teknologi pada lampu ini menghasilkan spektrum warna hijau untuk menyesuaikan jenis dan usia ikan tertentu. Dengan hal tersebut, lampu Lamusa Bahari dapat membantu nelayan menghindari overfishing dan bycatch.
Overfishing sendiri merupakan kegiatan penangkapan ikan berlebihan, sedangkan bycatch adalah hasil tangkapan yang tidak disengaja atau tidak tepat.
“Mentoring yang diberikan oleh Pertamina ini sangat membantu kami dalam menjawab tantangan kami perihal komersialisasi inovasi, baik dari pengembangan produk yang market fit, cara membangun networking maupun negosiasi di depan investor,” ujar dia.
Kompetisi PFsains merupakan kompetisi inovasi teknologi dan energi yang diselenggarakan sejak tahun 2020 untuk mewadahi riset inovasi akademisi, praktisi, dan mahasiswa.
Kompetisi ini sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mendukung SDGs melalui program TJSL dan pengurangan emisi karbon, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060 dan penerapan ESG.