Jakarta, Beritasatu.com – Laporan Rethinking Energy in Southeast Asia menunjukkan, kapasitas daya terbarukan di Indonesia harus tiga hingga empat kali lebih tinggi dari target 2030, saat kapasitas pembangkit tersedia secara luas. Langkah ini untuk mewujudkan target emisi nol bersih Indonesia pada 2060.
“Hasil pemodelan sistem kelistrikan kami sebelumnya menyebut kapasitas daya ramah lingkungan di Indonesia harus tiga hingga empat kali lebih tinggi,” kata Direktur Penjualan Wärtsilä Energy Indonesia Febron Siregar, dalam diskusi di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Dia menjelaskan, pada jaringan Sulawesi, kapasitas tenaga surya yang direncanakan adalah 300 megawat (MW) pada 2030. Namun, agar Sulawesi selaras dengan target emisi nol bersih Indonesia pada 2060, maka target tenaga surya harus ditingkatkan menjadi empat kali lipat dari target 1.200 MW pada 2030.
Febron mengatakan, pencapaian target nol emisi bersih Indonesia pada 2060 dapat dilakukan dengan teknologi yang ada, yaitu menambahkan energi terbarukan dan teknologi penyeimbang tenaga listrik. Pada saa yang sama, menghentikan secara bertahap pembangkit listrik yang tidak fleksibel. “Untuk itu perlu diperluas pembangkit energi terbarukan dalam jangka pendek untuk mencapai target emisi nol bersih,” kata dia.
Mengikuti tren yang sama, pemodelan global dalam laporan berjudul Crossroad to Net Zero menunjukkan sistem tenaga listrik yang mencakup daya seimbang memiliki keuntungan signifikan dalam pengurangan biaya dan CO₂.
Model tersebut mengungkapkan, jalur ini akan menghasilkan penghematan sebesar 65 triliun euro pada pada 2050 dibandingkan jalur yang hanya menggunakan energi terbarukan, karena kapasitas energi terbarukan yang dibutuhkan lebih sedikit. Ini akan menghasilkan rata-rata 2,5 triliun euro per tahun atau setara dengan 2% produk domestik bruto (PDB) global pada 2024.