Jakarta, CNN Indonesia —
Studi terbaru mengungkap nenek moyang manusia pernah mendominasi rantai makanan sebagai predator puncak. Simak penjelasannya.
Para peneliti, dalam studi tersebut, menyatakan makanan leluhur manusia itu sebagian besar terdiri dari daging hewan besar seperti mamut dan mastodon, hal ini jauh dari gambaran diet “paleo” modern yang seimbang antara daging, biji-bijian, dan buah-buahan.
Studi menyoroti bahwa kondisi ekosistem masa lalu berbeda drastis dengan zaman sekarang, sehingga membandingkan dengan pola makan pemburu-peramu modern menjadi tidak relevan.
“Perbandingan ini sia-sia, karena 2 juta tahun yang lalu masyarakat pemburu-peramu dapat berburu dan memakan gajah dan hewan besar lainnya, sedangkan masyarakat pemburu-peramu masa kini tidak memiliki akses terhadap kekayaan (hewan-hewan besar) tersebut,” jelas salah satu peneliti dalam studi Miki Ben-Dor dari Universitas Tel Aviv, Israel, melansir Science Alert, Minggu (17/11).
Tim peneliti dari Universitas Tel Aviv, Israel, dan Universitas Minho, Portugal, menggunakan berbagai metode, termasuk analisis metabolisme, genetika, dan fisiologi manusia untuk merekonstruksi pola makan manusia purba.
“Kami memutuskan untuk menggunakan metode lain untuk merekonstruksi pola makan manusia zaman batu: untuk memeriksa memori yang tersimpan dalam tubuh kita sendiri, metabolisme, genetika, dan bentuk fisik kita,” kata Ben-Dor.
Hal tersebut dilakukan karena meskipun perilaku manusia mudah berubah, namun evolusi tubuh kita berjalan dengan lambat, sehingga pada dasarnya tubuh manusia modern sama dengan tubuh manusia purba.
“Perilaku manusia berubah dengan cepat, tetapi evolusi berjalan lambat. Tubuh mengingatnya,” ujar Miki Ben-Dor.
Manusia purba menunjukkan karakteristik khas predator, seperti kebutuhan energi tinggi untuk otak, sistem pencernaan dengan asam lambung kuat untuk mencerna daging, serta simpanan lemak yang mudah diubah menjadi energi.
Bahkan analisis genetika menunjukkan adaptasi untuk diet kaya lemak, berbeda dengan kerabat dekat manusia seperti simpanse yang lebih cocok untuk diet kaya gula.
“Contohnya, ahli genetika telah menyimpulkan bahwa area genom manusia ditutup untuk memungkinkan pola makan kaya lemak, sementara pada simpanse, area genom dibuka untuk memungkinkan pola makan kaya gula,” tutur Ben-Dor.
Penelitian ini juga menemukan bahwa manusia mulai bergeser dari diet dominan daging sekitar 12.000 tahun lalu, seiring berkurangnya populasi hewan besar dan munculnya pertanian. Sebelum masa itu, manusia purba menjadi karnivora sejati, bersama Homo erectus, sejak 2,5 juta tahun lalu.
Meskipun temuan ini menunjukkan peran besar daging dalam evolusi manusia, peneliti menegaskan bahwa pola makan nenek moyang kita tidak dapat dijadikan panduan untuk kesehatan modern. Kondisi lingkungan dan kebutuhan manusia saat ini jauh berbeda dari masa Pleistosen (1.808.000-11.500 tahun yang lalu).
(wnu/dmi)
[Gambas:Video CNN]