Liputan6.com, Yogyakarta – Menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 harga komoditas bahan pokok masih terkendali. Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam (APSDA) Setda DIY, Yuna Pancawati, pantauan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY di Kulon Progo ini untuk memastikan dengan monitoring dan evaluasi terhadap ketersediaan pasokan bahan pokok. “Stok terutama beras, sudah sangat cukup dan aman pada Natal dan Tahun Baru nanti,” kata Yuna di Pasar Wates, Kulon Progo pada Rabu 04 Desember 2024.
Yuna menjelaskan hasil pantauannya di Pasar Wates harga beras medium Rp. 11.800,00, beras SBHP seharga Rp 12.000,00 dan beras premium di harga Rp 15.000,00. Sementara harga cabai keriting, di kisaran harga Rp 15.000,00, cabe rawit antara Rp 20.000,00 – Rp 25.000,00, bawang putih, harga stabil di Rp 40.000,00/kg. “Telur tetap di harga Rp 25.000,00-Rp 26.000,00. Ayam tetap pada harga Rp 35.000, dan ikan juga tidak mengalami perubahan harga, begitu pula dengan daging sapi.”
Sementara kenaikan ada di komoditas bawang merah dari sebelumnya yaitu antara Rp30.000,00 – Rp 35.000,00, lalu sekarang di harga Rp 40.000,00 – Rp 42.000,00. Hal ini menurut Yuna salah satunya dipengaruhi karena musim panen sudah berlalu. Namun, Yuna menyebut, hal ini menjadi perhatian, agar tidak terjadi kelangkaan.
“Bawang merah menjadi perhatian karena kenaikannya cukup lumayan. Tapi ada pasokan bawang merah yang didatangkan dari Bima. Ini diharapkan bisa ada kerjasama antar daerah dengan Kabupaten Kulon Progo dengan Bima itu akan lebih intensif lagi inisiasinya. Karena Bima memang merupakan daerah produksi bawang merah,” jelas Yuna terkait bahan pokok.
Yuna mengatakan, kondisi di Kulon Progo kurang lebih sama dengan di Gunungkidul di mana daya beli masyarakat memang sedikit menurun. Walaupun terjadi penurunan namun tidak drastis, dan masih dalam tahap normal. “Kita upayakan bagaimana bisa meningkatkan daya beli masyarakat kepada pedagang-pedagang ini, dengan harga-harga yang memang sebenarnya ada kenaikan, namun tidak tinggi. Insya Allah untuk daya beli akhir tahun naik lagi karena ada Natal dan tahun baru, ada liburan panjang juga. Mudah-mudahan daya beli lebih meningkat,” harap Yuna.
Yuna yang mengunjungi Gapoktan Beras Ngesti Raharjo, Ngestiharjo, Wates ada 30 ton gabah tersedia di Gapoktan tersebut dan akan ada tambahan stok karena ada panen 7 hektare sawah. Kondisi ini membuat stok beras akan sangat melimpah bahkan sampai Februari 2025 mendatang. “Gapoktan ini juga sudah menerapkan teknologi canggih yang mampu mengeringkan gabah tanpa tergantung pada musim dan cuaca. Pengeringan gabah dilakukan dengan mesin otomatis di dalam ruangan, dengan kurun waktu kurang dari 24 jam sebanyak 8 ton. Kadar air pun lebih sedikit, yaitu hanya 12% saja, dari standar Bulog yang 14 %.”
Menurutnya, Gapoktan tersebut juga sudah memiliki Rice Milling Unit (RMU) atau penggiling padi, adalah mesin pertanian yang berfungsi untuk mengupas kulit gabah menjadi beras. Hal ini sangat efektif dan efisien untuk menyediakan pasokan beras. “Gapoktan beras Ngestiharjo minggu ini tersedia 100 ton gabah dan ini mencukupi sampai dengan Februari. Di sana juga sangat bagus sekali karena ada RMO yang baru sehingga hilirisasi pangan ini bisa terorganisir dengan baik,” jelas Yuna soal bahan pokok.
Selain 2 tempat tersebut, Yuna dan rombongan juga mengunjungi Pangkalan LPG Uni Suswantoro di Temon. LPG 3 kg tersedia cukup banyak dengan dengan harga Rp15.500. “Alhamdulillah, semua masih aman, harga tetap terkendali. mudah-mudahan lancar. Penjualan juga tetap sesuai dengan prosedur,” tutup Yuna.