Jakarta (ANTARA) – Lembaga National Single Window (LNSW) Kementerian Keuangan telah mengefisiensikan dwelling time pada sektor logistik dengan sistem berbasis digital.
Dwelling time mengacu pada waktu yang dibutuhkan sejak barang tiba di pelabuhan (baik melalui kapal atau alat transportasi lainnya) hingga barang tersebut keluar dari pelabuhan setelah melalui berbagai proses seperti bongkar muat, pemeriksaan bea cukai, dan pengurusan dokumen.
“Dulu, angka dwelling time itu cukup tinggi, bisa sampai 7 hari. Dengan adanya pengelolaan yang baik dari kementerian/lembaga (K/L), untuk tahun 2023 angkanya itu sudah 2,6 hari,” kata Kepala LNSW Oza Olavia dalam media gathering di Jakarta, Jumat.
Sementara itu, capaian dwelling time sepanjang periode Januari hingga Oktober 2024 adalah 2,85 hari. Capaian ini memenuhi target dwelling time nasional 2,9 hari.
Oza menekankan dwelling time berperan penting mengingat durasi bongkar muat kontainer yang terlalu lama, berpotensi menambah biaya logistik. Sedangkan biaya logistik yang tinggi akan mendisrupsi perekonomian melalui sektor Industri yang terganggu pasokan bahan baku atau bahan penolongnya.
LNSW juga terlibat dalam penataan ekosistem logistik nasional (national logistics ecosystem/NLE). Di antara layanan yang dikembangkan LNSW untuk mendukung penataan ekosistem logistik nasional adalah Delivery Order Online, Surat Penyerahan Petikemas (SP2) Online, Single Submission (SSm) Quarantine Customs, SSm Pengangkut, dan SSm Perizinan.
Ekosistem logistik nasional (national logistics ecosystem/NLE) yang terus dikembangkan sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional tersebut, saat ini telah diimplementasikan pada 52 pelabuhan dan 7 bandara. Sebaran pelabuhan dan bandara yang sudah mengimplementasikan program tersebut sudah mencakup nyaris 100 persen dokumen ekspor impor nasional.
Berdasarkan hasil survei tim independen dari Prospera pada tahun 2023 untuk mendapatkan gambaran efektivitas NLE, efisiensi waktu dari penerapan DO Online mencapai 40,3 persen dan efisiensi biayanya mencapai 25,7 persen. Selanjutnya efisiensi waktu dari penerapan SP2 Online mencapai 47 persen sementara efisiensi biayanya 32,4 persen. Untuk penerapan SSm Quarantine Customs, efisiensi waktunya mencapai 73,4 persen dan efisiensi biayanya 46,1 persen. Untuk SSm Pengangkut, efisiensi waktu yang dihasilkan mencapai 21,6 persen dan efisiensi biaya 45 persen. Kemudian penerapan SSm Perizinan, menghasilkan efisiensi waktu 56,4 persen dan efisiensi biaya 97,8 persen.
LNSW merupakan lembaga di bawah Kemenkeu yang memiliki tugas melaksanakan pengelolaan Indonesia National Single Window (INSW) dan penyelenggaraan Sistem Indonesia National Single Window (SINSW) dalam ekspor, impor, dan logistik, mengubah pola kerja manual/hardcopy/inhouse menjadi berbasis digital untuk setiap layanan pemerintah.
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024