Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat, Pengepungan Damaskus Dimulai
TRIBUNNEWS.COM – Faksi oposisi bersenjata Suriah pada Sabtu (7/12/2024), mengumumkan bahwa mereka telah memulai fase pengepungan ibu kota Suriah, Damaskus, Khaberni melaporkan.
Komandan operasi militer koalisi faksi oposisi, Ahmed Al-Sharaa, julukan dari Panglima Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Julani Al-Julani, memberikan instruksi bagi para petempur anti-rezim pemerintah Suriah untuk berfokus pada ibu kota, Damaskus.
“Serahkan kota-kota yang telah dibebaskan kepada polisi, Damaskus sedang menunggu Anda,” kata Al-Julani, Sabtu.
Adapun kementerian Pertahanan Suriah membantah penarikan pasukan militer dari daerah sekitar ibu kota.
Di sisi lain, dalam sebuah postingan di Telegram, Hassan Abdel Ghani, seorang pemimpin faksi oposisi bersenjata, mengatakan, “Pasukan kami telah mulai menerapkan tahap akhir untuk mengepung ibu kota, Damaskus.”
Kementerian Pertahanan Suriah menegaskan, “tidak ada kebenaran atas berita apa pun yang diterima mengenai penarikan unit angkatan bersenjata kami yang ada di seluruh wilayah Damaskus.”
tentara suriah ()
Rezim Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat
Dalam perkembangan terbaru, Pasukan rezim Suriah, di bawah Presiden Bashar al-Assad, dilaporkan menarik diri dari daerah-daerah utama di Suriah timur laut, termasuk pusat provinsi al-Hasakah dan distrik Qamishli.
Kekosongan dari pasukan rezim Suriah ini membuat wilayah-wilayah itu kini di bawah kendali kelompok Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang jadi satu di antara bagian koalisi faksi oposisi anti-rezim Suriah.
SDF diketahui memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Unit Perlindungan Rakyat (YPG).
SDF diketahui didominasi oleh YPG, yang merupakan cabang dari PKK. SDF merupakan persekutuan militer multi etnis yang bertempur dalam perang sipil Suriah. SDF bermitra dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) (Rudaw)
Adapun YPG adalah sayap bersenjata dari PKK yang didominasi oleh suku Kurdi.
YPG didirikan sebagai respons terhadap kerusuhan di kota Qamishli, Suriah pada tahun 2004. YPG memperoleh pengakuan internasional setelah memerangi ISIS selama perang saudara Suriah.
SDF memiliki hubungan dengan PKK yang diragukan karena Uni Eropa menggolongkan PKK sebagai organisasi teroris.
Selain itu, Turki juga bermusuhan dengan pemerintahan suku Kurdi. Turki telah melakukan operasi militer untuk mengamankan perbatasannya dari YPG sejak tahun 2015.
“Pasukan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad menarik diri dari pusat provinsi al-Hasakah dan distrik Qamishli di timur laut negara itu, timur Sungai Efrat, meninggalkan mereka di bawah pendudukan kelompok PKK/YPG,” tulis laporan Anews mengutip sumber-sumber lokal, Sabtu.
Tentara rezim Suriah pada Jumat juga telah menarik beberapa pasukannya yang ditempatkan di provinsi Deir ez-Zor di timur negara itu yang berbatasan dengan Irak dan menyerahkan pusat provinsi kepada PKK/YPG.
Langkah ini mengikuti lebih dari seminggu perkembangan dramatis di negara itu, dengan pasukan yang menentang Assad membuat keuntungan dengan mengorbankan pasukan rezim.
Di tengah kemunduran bagi rezim Assad, kelompok PKK/YPG berusaha mengeksploitasi situasi keamanan yang tidak jelas.
Hingga saat ini, situasi di lapangan masih dalam perkembangan.