Jakarta, CNN Indonesia —
Pengusaha mengungkap biang kerok harga bawang putih yang masih mahal. Padahal, stok terbilang melimpah jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024-2025.
Ketua Umum Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) Antonius Reinhard Batubara mengungkap harga bawang putih di pasar global yang naik signifikan dalam dua bulan terakhir menjadi pemicu tingginya harga komoditas ini di dalam negeri.
Di sisi lain, ia menuturkan stok bawang putih yang melimpah lantaran daya beli masyarakat yang sangat menurun.
“Hal ini terjadi karena daya beli masyarakat bawang putih sangat lemah, dikarenakan harga di China-nya melonjak signifikan dua bulan terakhir, melonjak sekitar US$200 (Rp3,1 juta/asumsi kurs Rp15.867 per dolar AS) (menjadi) US$1.550 (Rp24,5 juta) per ton,” ujar Antonius dalam Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Menjelang HBKN Nataru 2024/2025 di Badan Pangan Nasional, Jakarta Selatan, Kamis (5/12).
Melihat fluktuasi harga bawang putih di China, Antonius menyebut kemungkinan realisasi impor akan sedikit tersendat. Terlebih, kurs dolar AS sempat menyentuh Rp16 ribu beberapa waktu lalu.
Selain harga bawang putih di Negeri Tirai Bambu yang melonjak, pemicu mahalnya bawang putih di Tanah Air lantaran biaya logistik yang sedikit mengalami peningkatan jelang akhir tahun.
“Kendala harga naik itu karena dari China naik, kemudian di Desember transportasi sedikit naik juga, itu sangat mempengaruhi harga,” imbuhnya.
Kendati demikian, dirinya memastikan stok bawang putih jelang libur Nataru tetap aman. Hal itu mengingat stok bawang putih hingga akhir tahun diperkirakan mencapai 120 ribu ton yang akan di-carry over hingga awal 2025.
Pihaknya berharap pemerintah pada awal Februari 2025 dapat mengeluarkan izin impor mempertimbangkan stok bawang putih yang melimpah, juga bulan Ramadhan yang diperkirakan terjadi pada pertengahan bulan itu.
“Prediksi di 2025, karena tadi disampaikan Ramadhan itu maju mungkin Februari pertengahan, jadi kalau bisa tahun depan izin impor dikeluarkan lebih awal di Februari, mengingat stok masih tersedia 120 ribu ton,” ujar Antonius.
(del/sfr)