Jakarta, CNN Indonesia —
Apa jadinya jika Bumi jika tidak ada pergantian siang dan malam? Hal ini bisa terjadi jika Bumi berhenti berputar alias berotasi.
Sebagian dari Anda amat mungkin menjadi pembenci malam hari atau pun sebaliknya dengan beragam alasan; gelap, dingin, bikin gundah. Namun, semua fenomena alam ada maksudnya.
Melansir Astronomy, hampir tidak ada planet di semesta yang tidak berotasi. Beberapa planet di luar Tata Surya (exoplanet) memang diketahui ada yang tidak berotasi. Hal tersebut oleh para astronom disebut dengan penguncian pasang surut (tidal locking).
Fenomena ini membuat cuma salah satu wajah planet yang terus-menerus menghadap ke wajah bintangnya. Alhasil, siang dan malam di planet tersebut menjadi permanen.
Contoh paling jelas adalah Bulan. Manusia di Bumi hanya bisa melihat salah satu wajah Bulan karena ia terkunci kepada Bumi.
Tidal locking akan terjadi jika sebuah planet mengorbit terlalu dekat dengan bintang yang menjadi pusatnya. Gaya gravitasi tersebut akan menarik planet itu sehingga berbentuk seperti bola di olahraga American Football.
Bumi sendiri kecil kemungkinan akan mengalami proses tidal locking terhadap Matahari. Pasalnya, jarak Bumi kepada Matahari terlalu jauh.
Selain itu, rotasi Bumi diprediksi tidak akan pernah benar-benar berhenti. Meskipun, rotasi Bumi disebut terus melambat sekitar 1,7 mili detik di setiap 100 tahun.
Melansir Space, rotasi Bumi saat ini berada pada waktu 23 jam 56 detik. Di antara waktu tersebut, Bumi juga berputar sedikit lebih jauh di sekitar Matahari dan membutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan orbitnya.
Itu artinya, Bumi harus berputar sedikit lebih banyak -selama empat menit- untuk kembali menghadap Matahari lagi. Alhasil, satu hari di Bumi sama dengan 24 jam.
Salah satu alasan Bumi terus berotasi karena tidak ada benda yang bisa benar-benar menghentikannya. Rotasi Bumi hanya melambat karena kehadiran Bulan.
Hal tersebut dikarenakan wajah Bumi yang menghadap Bulan tidak benar-benar seimbang karena gravitasi. Begitu pula wajah Bumi yang menjauh dari Bulan.
Ketakseimbangan itu menghasilkan pasang surut di lautan, yang membuat lautan tampak menonjol ke atas di wajah Bumi tersebut.
Ketika Bumi berputar, tonjolan itu bergerak melintasi permukaan Bumi seperti gelombang, yang bergerak melawan putaran tersebut. Alhasil, gerakan itu melambatkan rotasi Bumi.
Bagaimana jika tak ada rotasi?
Jika Bumi benar-benar berhenti berputar, manusia tidak akan terpental ke angkasa. Gravitasi bakal tetap menjaga manusia tetap ‘menempel’ di Bumi.
Langit malam akan selalu menunjukkan konstelasi bintang yang sama, karena Anda akan selalu melihat ke luar angkasa dengan arah yang sama.
Pergantian siang dan malam pun akan sangat lama dan membuat cuaca siang hari sangat panas dan sangat dingin ketika malam. Waktu siang akan berlangsung selama setengah tahun, begitu juga dengan malam hari.
Hal tersebut berdampak kepada iklim di Bumi karena perbedaan temperatur yang sangat signifikan antara siang dan malam.
Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam akan menyebabkan angin kencang, yang akan menggerakkan udara hangat menuju sisi bumi yang lebih dingin dan malam hari.
Angin juga akan bertiup dari daerah hangat di sekitar khatulistiwa ke daerah kutub yang dingin. Pada kondisi Bumi yang berputar, ini tidak terjadi karena angin dibelokkan ke samping.
Selain itu, angin yang mengarah ke timur dan ke barat dan angin menuju kutub akan bertemu. Mereka mungkin bisa menciptakan pusaran angin besar seukuran seluruh benua.
Tak ketinggalan, Bumi tanpa pergantian siang dan malam akan membuat perlindungan terhadap radiasi hilang.
Inti bumi sebagian adalah besi cair. Gerakan rotasi Bumi mengubah besi cair ini menjadi magnet dan memberi Bumi medan magnet yang melindungi kita dari radiasi berbahaya, yang berasal dari partikel matahari dan sinar kosmik dari luar tata surya.
Radiasi yang tersaring di atmosfer akan tampak sebagai aurora, cahaya di kutub utara atau selatan. Tanpa medan magnet, radiasi ini akan mencapai permukaan bumi dan membuat orang jatuh sakit dan pelan-pelan berucap selamat tinggal.
Ini juga berdampak pada hewan. Beberapa burung juga menggunakan medan magnet untuk menemukan jalan mereka saat bermigrasi. Tanpa Bumi berputar, mereka akan tersesat.
Mungkinkah ini masuk jenis kiamat?
(lth/arh)