Jakarta, Beritasatu.com – Tambang Tembaga Wetar yang berada di Maluku Barat Daya, kini tidak hanya menghasilkan tembaga, namun juga menjadi pintu inovasi konservasi mineral dengan kerja sama dengan salah satu anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold, Tbk (MDKA) lainnya yakni PT Merdeka Battery Materials, Tbk (MBMA). MDKA melahirkan sebuah inovasi pertama di Indonesia, yaitu pemanfaatan sisa bijih pirit yang sebelumnya tidak terpakai (berasal dari Tambang Tembaga Wetar) hingga menjadi produk-produk pendukung produksi prekursor baterai, yang dikelola oleh MBMA. Kolaborasi antar dua anak perusahaan ini mampu menghasilkan inovasi pertama di Indonesia dalam konteks konservasi mineral, yang juga berimplikasi positif terhadap konservasi alam di Tambang Wetar.
Untuk memanfaatkan sisa kandungan mineral di Tambang Tembaga Wetar yang secara alamiah tidak bisa diekstrak kembali menjadi tembaga namun tetap bernilai ekonomi, MDKA mendirikan Proyek AIM (Acid, Iron, Metal) yang saat ini dioperasikan oleh MBMA. Proyek AIM akan mengoperasikan konsentrator untuk mengekstraksi konsentrat pirit, pabrik asam, pabrik pemanggangan kloridasi, dan pabrik ekstraksi logam.
Pabrik AIM dirancang untuk mengolah bijih sisa pakai dan bijih pirit berkualitas tinggi yang sepenuhnya berasal dari Tambang Tembaga Wetar dengan kapasitas nominal lebih dari 1 juta ton per tahun. Bijih akan diangkut dalam tongkang terbuka dari Pulau Wetar ke pelabuhan IMIP dan kemudian dikirimkan ke pabrik AIM untuk diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk termasuk asam sulfat, uap jenuh, pelet bijih besi, spons tembaga, katoda tembaga, hidroksida timbal-seng, emas doré, dan perak.
Head of Corporate Communications MDKA, Tom Malik menyampaikan bahwa strategi konservasi mineral yang dibangun oleh MDKA dan MBMA ini merupakan wujud dukungan grup Merdeka terhadap upaya hilirisasi yang menghasilkan nilai tambah, sekaligus mendukung konservasi mineral berkelanjutan melalui teknologi baru pada fasilitas pengolahan di Proyek AIM.
“Inisiatif ini menunjukkan komitmen grup Merdeka untuk mendorong inovasi dan keberlanjutan dalam industri pertambangan, sejalan dengan visi Pemerintah untuk menciptakan praktik pertambangan yang lebih bertanggung jawab dan bernilai tinggi,” ujar Tom.
Selain memberikan nilai tambah, Fasilitas Pengolahan AIM memiliki lokasi strategis dengan akses ke infrastruktur yang sudah ada dan dekat dengan pembeli asam dan uap di masa depan, yang melayani pemain hilir dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik (EV). Hasil produksi Asam dan uap juga dapat digunakan di pabrik pengolahan nikel berbasis HPAL (High Pressure Acid Leach) yang memproses bijih nikel limonit dari Tambang Nikel SCM (Dioperasikan PT Sulawesi Cahaya Mineral/anak perusahaan MDKA) untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan pendahulu untuk industri baterai kendaraan listrik.
Inovasi MDKA melalui unit usahanya dalam pemanfaatan sisa bijih pirit merupakan bukti nyata komitmen perusahaan terhadap praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Inovasi ini tidak hanya memberikan nilai tambah ekonomi, tetapi juga membuka jalan baru dalam pengelolaan lingkungan dan konservasi mineral di Indonesia. Keberadaan Proyek AIM akan meningkatkan produksi dan memperpanjang usia Tambang Tembaga Wetar yang pasti akan berdampak positif pada roda kehidupan masyarakat sekitar tambang.