Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Ratusan warga Bondowoso dari berbagai elemen komunitas berjalan kaki atau Long March mengelilingi Alun-alun Ki Bagus Asra untuk memperingati hari Aids se Dunia, Minggu (1/12/2024).
Tak hanya jalan kaki, mereka yang semuanya mengenakan pita merah di lengan tangan kanannya itu juga berorasi dan membawa poster. Serta, mengikuti senam bersama.
Sinung Sudrajad l, Wakil Ketua DPRD Bondowoso yang selama ini aktif bersama para pegiat Aids, mengatakan, peringatan peduli HIV Aids ini bukan cuma sekedar seremonial. Namun jadi momentum untuk mengakhiri stigma diskriminasi, dan ketidaksetaraan dalam penanganan HIV/AIDS di Indonesia. Khususnya di Bondowoso.
“Ini sebagaimana tema nasional peringatan Aids se dunia, yakni hak setara untuk semua, bersama kita bisa,” ungkapnya.
Ia menerangkan, berdasarkan dari data Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat (Yapikma), Dinkes, Pokja TB/HIV, ada 1.200an orang di Bondowoso yang disebut sebagai ODHA. Dan sekitar 800 di antaranya aktif berobat, dan 300 orang putus berobat.
Sejumlah peserta saat berjalan kaki sembari berorasi di Alun-alun Ki Bagus Asra Bondowoso (Tribunjatim.com/Sinca Ari Pangistu)
“Mengapa putus berobat, karena mereka mengkhawatirkan privasi mereka, mereka butuh jaminan perlindungan,”jelasnya.
Pihaknya selama ini terus aktif mengajak para ODHA untuk tidak minder dan bersembunyi. Melainkan, melakukan pengobatan dengan mengkonsumsi HRV secara berkelanjutan.
Karena, kata Sekjen PDIP Bondowoso itu, HRV yang dikonsumsi sesuai aturan, sedikit banyak bisa menekan virus yang ada di tubuh.
“Ketika sudah dinyatakan negatif, itu bukan berarti lepas dari virus. Tapi, pengobatan atau konsumsi obat harus tetap dilakukan secara teratur,” tegasnya.
Sementara, Siwin dari Yapikma Bondowoso mengatakan, tanda-tanda orang terkena HIV Aids sebelum melakukan pemeriksaan. Biasanya mereka demam ketika di malam hari berkepanjangn, diare berkelanjutan, sariawan tak segera sembuh.
Kemudian, berat badan ini turun drastis 10 persen dari berat badan norma setiap bulan.
“Jika ada tanda-tanda seperti itu bisa datang ke layanan kesehatan, bisa di Puskesmas atau RS. Bisa datang ke Pokja TB-HIV,” jelasnya.
Ia menegaskan terkait privasi penderita HIV Aids, dipastikan tenaga kesehatan memiliki kode etik untuk menjaga kerahasiaan penderita.
“Kalau untuk privasi tenaga kesehatan sudah ada kode etik,” pungkasnya.
Untuk informasi, acara tersebut merupakan kolaborasi antara Sumber data Dinkes, Pokja TB/HIV dan Yapikma, serta sejumlah komunitas tenaga kesehatan di Bondowoso