Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Meski tak punya laut, Kabupaten Bondowoso memiliki pasar ikan dengan transasksi per hari diperkirakan mencapai Rp 3 miliar.
Pasar ikan yang berada di Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Bondowoso itu, disebut oleh para juragan ikan sebagai pasar ikan dengan transaksi terbesar pertama se Tapal Kuda, dan terbesar ke tiga se Jawa Timur.
Kepala UPT Pasar, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Didik Muriyanto, mengatakan, pada saat rame biasanya transaksi bisa tembus Rp 5 miliar.
Transaksi ini dari penjualan ikan para bos ikan dari Jember, Banyuwangi, Situbondo, Lamongan, hingga Madura.
“Kita mendatangkan ikan dari luar, tapi pembelinya dari luar juga. Dari Jember, Situbondo, Bondowoso kulakannya juga di sini,” jelasnya dikonfirmasi Tribun Jatim, pada Jum’at (29/10/2024).
Dia sendiri tak paham betul seluk beluk mengapa pasar ikan ini berdiri di Bondowoso yang tak punya laut. Namun memang berdasarkan data di Diskoperindag pasar ikan ini diperkirakan berdiri sekitar 1967.
Dan pasar ikan ini dikhususkan untuk menjual ikan pindang saja.
Karena itulah, dirinya memprediksi alasan ini yang membuat para penjual dan pembeli dari berbagai wilayah membelinya di pasar ini.
“Jadi jika hendak membeli ikan pindang, ya belinya di Pasar Ikan Kotakulon Bondowoso” tuturnya.
Namun saat ini, sudah mulai bermunculan penjual ikan laut jenis lain. Meski tetap, mayoritas ikan pindang.
Pasar ikan ini setiap hari akan ramai pejual dan pembeli ikan pada dua sesi. Yakni, pukul 04.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Kemudian, puncaknya juga pukul 11.00 sampai dengan 18.00 WIB.
Pria akrab disapa Didik itu, keberadaan pasar ikan ini juga ikut menyumbang pendapatan asli daerah. Itu berasal dari retribusi sewa toko sebanyak lima dengan nominal retribusi Rp 40 ribu per bulan.
Kemudian, ada juga 26 kios dengan retribusi Rp 4.500 per meter atau sekitar Rp 40 ribu per bulan, serta 64 los biaya retribusi seharga Rp 500 per meter per hari.
Selain itu, juga ada retribusi penurunan barang seharga Rp 3.000.
“Disana itu ada target khusus PADnya, kisaran Rp 95 juta. Selalu masuk disana itu,” ujarnya.
Menurutnya, besaean retribusi ini telah sesuai degan peraturan daerah. Namun memang, pihaknya tengah mengajukan kenaikan tarif retribusi di tengah kenaikan target PAD dari retriubsi pasar hingga Rp 2,6 miliar.
Untuk meningkatkan kualitas pasar, kata Didik, pihaknya baru saja melakukan renovasi pada sekitar tahun 2022. Anggaran renovasi berasal dari Kementerian dan Kelautan RI.
Dan selanjutnya, Diskoperindag tengah mengajulan permintaan Cold Storage sebagaimana permintaan pedagang.
“Itu untuk menyimpan sisa ikan yang tak habis dijual,” jelasnya.
Pantauan di lapangan, pada pukul 11.00 WIB ulai berdatangan truck dan pikap yang mengangkut ikan. Mereka mulai menurunkan ikan pindang besar, sedang, hingga kecil.
Ribuan rantang ikan telah ditata sesuai dengan ukuran, dan jumlahnya. Para pedagang tengah tawar menawar dengan pembeli, mereka mencatat setiap transaksi di buku.
Krisdian (34) pedagang asal Kecamatan Tenggarang, mengatakan kalau penjual ikannya rata-rata dari Bondowoso tapi juragan ikannya dari luar kota.
Menurutnya, sejak dulu memang di Pasar Ikan ini jadi pusat jual beli ikan pindang.
“Dari dulu memang sentralnya sudah disini. Khusus pindang saja disini,” ujarnya.
Harga ikan sendiri, kata Krisdian, bergantung musim. Saat ini untuk harga pindang besar mencapai Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu. Sementara, pindang kecil seharga Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu.
“Tergantung dari hasil laut, jika sepi bisa naik,” pungkasnya.