Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

5 "Kampung Zombie", Potret Lingkungan yang Terlupakan di Cililitan Megapolitan

5
                    
                        "Kampung Zombie", Potret Lingkungan yang Terlupakan di Cililitan
                        Megapolitan

“Kampung Zombie”, Potret Lingkungan yang Terlupakan di Cililitan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Di balik keramaian Jalan Dewi Sartika dan hiruk-pikuk Pusat Grosir Cililitan (PGC), tersembunyi kawasan sunyi yang dikenal sebagai ”
Kampung Zombie
“.
Sebutan ini mengacu pada RT 06/07, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur, tempat sebagian besar rumah ditinggalkan penghuninya akibat
banjir
yang sering terjadi.
Nama “Kampung Zombie” muncul dari suasana lengang yang menyelimuti wilayah itu.
“Karena lihat kampung sini pada sepi mungkin ya, ada yang
nyeletuk
lah, kayak
kampung zombie
, gitu. Mungkin dari remajanya yang
ngasih
nama,” kata Yadi, salah satu warga yang masih bertahan, Senin (25/11/2024).
Menurut Yadi, gelombang eksodus warga dimulai sekitar tahun 2016, dan semakin parah saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020.
Kini, tersisa sembilan orang yang masih menetap di “Kampung Zombie”.
“(Semenjak pandemi) Covid-19 mulai banyak yang keluar, jadi sepi. Mulai awal sepinya ya dari 2016,” ungkap Yadi.
Yadi telah tinggal di kawasan itu selama 10 tahun, atau sejak menikah.
Dia mengingat masa-masa ketika banjir hanya terjadi lima tahun sekali. Namun, sejak 2012, frekuensinya semakin meningkat.
“Dengar sejarahnya itu enggak banjir seperti ini. Biasa banjir paling terkenal lima tahun sekali. Tapi sejak 2012 lebih intens tuh banjirnya,” ujar Yadi.
Penyebab utama banjir yang mengusir penduduk, menurut Yadi, adalah dangkalnya aliran Kali Ciliwung kecil yang mengalir di sekitar kampung.
“Kalinya rendah, enggak dikeruk. Kalau ini dikeruk, tapi Ciliwung besar enggak dikeruk, percuma,” tambahnya.
Pantauan
Kompas.com
menunjukkan akses menuju “Kampung Zombie” melalui gang Al Hikmah yang curam.
Setelah melewati jalan setapak, terlihat aliran kali dan deretan rumah kosong yang ditinggalkan penghuninya.
Banyak rumah di “Kampung Zombie” kini dalam kondisi rusak.
Lumpur menutupi lantai, sementara kaca jendela dan pintu rumah hilang akibat sering terendam banjir. Jalan menuju rumah Yadi juga licin, penuh lumpur dan lumut.
Yadi sendiri tinggal di lantai dua rumahnya bersama kedua orangtua, istri, tiga anak, dan adiknya. Lantai dasar rumahnya sudah tak difungsikan karena selalu terendam banjir.
“Saya dan keluarga tetap bertahan, meskipun hidup di sini penuh risiko. Tapi ini rumah kami,” kata Yadi dengan nada pasrah.
Fenomena Kampung Zombie menjadi potret nyata dampak buruk dari pengelolaan lingkungan yang kurang maksimal.
Yadi dan warga yang tersisa berharap pemerintah dapat segera melakukan pengerukan kali dan mengatasi masalah banjir agar kehidupan di kampung mereka dapat pulih kembali.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.