Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).
Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.
“Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.
Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.
Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Rusia juga telah mencari cara untuk mengisi kembali jajarannya, lebih dari dua setengah tahun dalam perang. Moskow terus maju di wilayah timur Ukraina sambil juga berupaya untuk mendorong kembali cengkeraman Kyiv di tanah Rusia di wilayah perbatasannya, Kursk.
Kremlin disebut-sebut sangat bergantung pada apa yang dikenal sebagai taktik ‘penggiling daging’, yang telah mengakibatkan banyak korban tewas di antara prajurit infanterinya.
Menurut data Ukraina, jumlah total prajurit Rusia yang tewas dan terluka mencapai lebih dari 730.000. Angka ini tidak dapat diverifikasi secara independen dan perkiraan Barat biasanya sedikit lebih rendah. Ukraina juga bergulat dengan cara yang sama untuk mempertahankan angkatan bersenjatanya.
Untuk dalam melaksanakan hal ini, Angkatan Bersenjata Rusia telah melibatkan tentara bayaran dari pihak lain seperti kelompok Wagner, yang dipimpin oleh mantan sekutu Presiden Vladimir Putin, Yevgeny Prigozhin.
Prigozhin kemudian melancarkan pemberontakan singkat terhadap Kremlin pada musim panas 2023. Ia lalu tewas dalam kecelakaan pesawat tak lama setelah pemberontakan gagal, dan pengaruh Wagner mereda.
Awal tahun ini, CNN melaporkan bahwa sekitar 15.000 warga Nepal telah direkrut ke dalam upaya militer Moskow melawan Ukraina, diiming-imingi gaji yang menggiurkan dan janji paspor Rusia. Hal serupa juga terjadi di Suriah.
“Rusia telah merekrut warga negara Suriah ke dalam militernya. Para pejuang menerima pelatihan di dekat kota Aleppo di Suriah sebelum menuju pangkalan udara Khmeimim di barat daya kota dan kemudian ke wilayah Rusia,” kata badan intelijen militer Ukraina GUR.
Selain itu, lebih dari 10 ribu pasukan asal Korea Utara juga dilaporkan tengah membantu Rusia dalam perang ini. Menurut laporan intelijen AS, Ukraina, dan Korea Selatan, mereka dikerahkan membantu Rusia merebut kembali wilayah Kursk, yang diambil alih Ukraina pada bulan Agustus lalu.
(luc/luc)