Liputan6.com, NTB – Dalam keheningan hutan mangrove di Dusun Poton Bako, sebuah transformasi luar biasa tengah terjadi. Desa kecil ini berhasil mengubah hamparan bakau seluas sepuluh hektar menjadi destinasi ekowisata yang menarik perhatian banyak pihak.
Melansir dari ntbprov.go.id, kisah perjalangan Bale Mangrove bermula dari tekad sederhana sekelompok warga untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Lukmanul Hakim, seorang pemimpin lokal yang gigih, bersama rekan-rekannya berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang potensi hutan bakau.
Awalnya, mereka hanya memiliki lahan bakau yang ditanam sejak 1995 tanpa mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kini, dengan dukungan Pemkab Lotim, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta PLN, mereka mampu mengembangkan konsep wisata yang unik dan edukatif.
Pengunjung kini tidak sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar tentang pentingnya ekosistem mangrove. Setiap kunjungan memberikan pengalaman berbeda, mulai dari tur kawasan hingga berkesempatan menanam bibit mangrove dengan kontribusi minimal Rp 2.500.
Mengutip dari berbagai sumber, program wisata mereka kini mampu menarik rata-rata 100 pengunjung setiap harinya. Festival mangrove tahunan yang baru diperkenalkan semakin memperkuat posisi Bale Mangrove sebagai destinasi ekowisata yang menjanjikan.
Apresiasi dari Penjabat Gubernur NTB menjadi bukti nyata bahwa upaya kecil dapat menghasilkan perubahan besar. Keberhasilan mereka menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, sebuah desa dapat mengubah potensi alamnya menjadi kekuatan ekonomi.
Penulis: Ade Yofi Faidzun