TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Ahli Sosiolog dari Unika Soegijapranata Semarang, Hermawan Pancasiwi menemukan satu fenomena baru yang sedang tren di Kota Semarang.
Tren yang dimaksudnya itu adalah jasa sewa pacar dan notabene saat ini hanya diketahui oleh komunitas tertentu di kalangan anak muda Kota Semarang.
Meskipun demikian, tren atas fenomena tersebut diharapkan jadi perhatian serius agar tak semakin merebak yang lebih luas lagi.
Jasa sewa pacar mulai populer di kalangan anak muda di Semarang.
Para pengguna jasa ini biasanya memesan melalui platform tertentu dan membayar sejumlah uang kepada talent yang akan berpura-pura sebagai kekasih mereka dalam batasan waktu tertentu.
Sosiolog Unika Soegijapranata Semarang, Hermawan Pancasiwi menyebut, fenomena ini sebagai sesuatu yang baru di kalangan anak muda Semarang.
Dia menuturkan bahwa orang-orang yang menggunakan jasa sewa pacar biasanya karena merasa kesepian dan ingin mencari teman.
“Sepertinya ini hanya dipakai sebagai ajang yang tidak begitu serius.”
“Di beberapa negara lain, sebetulnya ini hanya untuk mengusir sepi dan menjadi teman curhat,” ungkap Hermawan Pancasiwi seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (21/11/2024).
Hermawan menambahkan, manusia sebagai makhluk sosial kerap mengalami proses katarsis atau pelepasan emosi, baik itu sedih, marah, maupun bahagia.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan pendamping, sehingga tidak mengherankan jika jasa sewa pacar menjadi salah satu pilihan bagi anak-anak zaman sekarang.
“Ini menjadi gejala yang belum lama ada, tapi menurut kami tidak akan bertahan lama.”
“Artinya, lama-lama akan hilang sendiri,” tuturnya.
Hermawan Pancasiwi juga menjelaskan bahwa media sosial berperan besar dalam perkembangan tren jasa sewa pacar.
Dampak media sosial
Menurutnya, penggunaan media sosial membuat orang-orang tergoda untuk mencoba layanan ini.
“Dari media sosial, mereka mencari-cari, akhirnya kepikiran untuk menyewa pacar.”
“Karena pacar tidak ada ikatan resmi secara hukum.”
“Jadi mereka bisa memperluas pergaulan dan menemukan teman-teman baru,” ujar dia.
Meski demikian, Hermawan Pancasiwi mengingatkan bahwa ada sejumlah dampak negatif yang dapat muncul jika jasa sewa pacar terus berkembang di kalangan anak muda, salah satunya terkait masalah privasi.
Dia menjelaskan bahwa penyedia jasa biasanya meminta pengguna untuk mengisi formulir yang berisi data diri dan foto KTP.
Jasa sewa pacar juga bisa mengakibatkan dampak imitiatif bagi masyarakat Indonesia.
“Jika masyarakat cenderung ikut-ikutan, hal ini bisa menjadi rancu.”
“Bukan pergaulan yang semakin intens semakin baik, tetapi justru semakin tidak jelas,” ujar dia.
Hermawan Pancasiwi berpesan kepada pendidik baik di keluarga, sekolah, maupun kelompok informal untuk selalu mengingatkan anak muda tentang batasan dalam bergaul.
“Hal ini sebaiknya disampaikan kepada anak muda bahwa jasa sewa pacar merupakan gejala yang tidak sehat.”
“Sebenarnya, tidak kekurangan apapun untuk bertemu dan berkumpul dengan orang lain,” pungkas dia. (*)