Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Dongeng Pengantar Tidur Anak, Legenda Danau Maninjau: Cerita Bujang Sembilan

Dongeng Pengantar Tidur Anak, Legenda Danau Maninjau: Cerita Bujang Sembilan

Dongeng Pengantar Tidur Anak, Legenda Danau Maninjau: Cerita Bujang Sembilan

TRIBUNJATENG.COM – Di kaki Gunung Tinjau, hidup sepuluh orang bersaudara yang disebut dengan Bujang Sembilan.

Si sulung bernama Kukuban dan si bungsu bernama Sani.

Mereka memiliki paman bernama Datuk Limbatang.

Datuk Limbatang memiliki putra bernama Giran. Sani dan Giran saling menaruh hati.

Saat musim panen, diadakanlah adu silat.

Giran dan Kukuban pun bertanding, mereka sama kuatnya. Namun Kukuban kalah dan merasa dendam kepada Giran.

Beberapa hari kemudian, Datuk Limbatang datang meminang Sani untuk Giran tapi Kukuban menolaknya.

Sani dan Giran pun bersedih, mereka bertemu di sebuah ladang untuk mencari solusi.

Sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani hingga melukai pahanya.

Giran berniat mengobati luka itu dengan ramuan.

Tiba-tiba warga datang menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang sehingga harus dihukum.

Betapapun Giran dan Sani mencoba membela diri, warga tidak menghiraukannya.

Sebelum dihukum, Giran berdoa kalau mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam kawah gunung.

Tetapi jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan.

Setelah Giran dan Sani melompat ke kawah, gunung itu pun meletus.

Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan.

Letusan gunung Tinjau itu membentuk kawah luas yang berubah menjadi danau yang diberi nama Danau Maninjau.

Pesan moral: Dari cerita ini tersirat pesan moral bahwa tidak baik menyimpan dendam dan prasangka buruk terhadap orang lain.

Cerita ini berasal dari Sumatera Barat.

(*)