Nestapa Warga Bertahan di Tengah Rob yang Tak Pernah Usai
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Banjir rob kembali menerjang kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, sejak Jumat (15/11/2024). Hingga Senin siang, genangan air masih merendam beberapa rumah warga.
Dede Damayanti (32), seorang pedagang air isi ulang, merasakan dampaknya secara langsung. Ia menyebut banjir kali ini lebih parah dibandingkan sebelumnya.
“Pas hari keempat lebih gede dari hari ketiga, semakin meningkat. Biasanya enggak masuk ke rumah-rumah,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Senin (18/11/2024).
Pendapatan Dede pun menurun drastis, dari rata-rata Rp 300.000–Rp 400.000 per hari menjadi kurang dari Rp 100.000. Selain itu, motornya rusak karena terendam air.
“Iya, itu sudah terlanjur terendam. Paling nanti kalau sudah enggak banjir baru diperbaiki,” tuturnya.
Harapan sederhana Dede adalah agar banjir rob tak sering terjadi sehingga warga seperti dirinya bisa terus bekerja.
“Ya, kalau kita sih pengusaha kecil kayak gini, cuma biar enggak sering banjir aja,” tambahnya.
Warga lainnya, Rudy Hartono (25), seorang pedagang warung kopi, juga merasakan imbasnya. Warungnya sepi karena pelanggan enggan datang akibat genangan air.
“Terganggu lah, setiap banjir rob pendapatan jadi menurun karena warung sepi,” keluh Rudy.
Ia berharap pemerintah dapat memperbesar tanggul untuk mencegah air meluap ke permukiman warga.
“Harus ada tanggul lagi. Kalau tanggul segitu-segitu saja, airnya bertambah tinggi terus meluap,” ujar Rudy.
Bagi warga Muara Angke, banjir rob sudah menjadi pemandangan yang sering terjadi, terakhir pada Juli 2024.
Bani Sadar, Ketua RW 22 Pluit, mengungkapkan bahwa banjir rob di kawasan Dermaga Ujung II bahkan bisa terjadi hingga empat kali sebulan.
“Kalau pasang air rob, dalam satu bulan bisa empat kali. Air biasanya surut di pagi hari, tapi genangan di depan pos RW ini tak pernah benar-benar hilang sejak 2022,” ungkap Bani.
Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari perbaikan drainase hingga optimalisasi pompa air.
Namun, banjir rob tetap menjadi masalah yang tak kunjung usai, menuntut solusi lebih efektif dari pemerintah.
Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, mengakui bahwa banjir rob di Muara Angke dipicu oleh pembangunan tanggul pantai yang belum selesai.
“Sebenarnya di daerah Muara Angke adanya rob ini pertama karena memang tanggul pantai belum terbangun semuanya,” kata Teguh di Muara Angke, Senin.
Tanggul sepanjang empat kilometer di kawasan itu masih dalam proses pembangunan dan ditargetkan selesai pada 2025.
Sementara itu, banjir rob biasanya berlangsung selama empat hingga tujuh hari.
“Walaupun ini hal yang biasa bagi mereka, kami dari pemerintah provinsi berkomitmen untuk mencoba melakukan upaya-upaya penyelesaian,” ujar Teguh.
Pemprov DKI juga mengupayakan sodetan untuk mempercepat aliran air ke laut saat surut.
“Kami baru mengecek terkait nanti ada semacam sodetan untuk mengalihkan air pada waktu surut, biar lebih cepat-cepat surutnya,” ucap Teguh.
Langkah lain yang dilakukan adalah menyiagakan tim untuk bantuan sosial, layanan kesehatan, dan evakuasi jika diperlukan.
(Reporter: Febryan Kevin Candra Kurniawan | Editor: Irfan Maullana, Akhdi Martin Pratama)
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.