Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.
Bawaslu Kota Bekasi latih 70 kader pengawasan partisipatif
Dalam Negeri
Sigit Kurniawan
Jumat, 15 November 2024 – 21:24 WIB
Elshinta.com – Komisioner Bawaslu Kota Bekasi, Choirunnisa Marzoeki, menggelar program Pendidikan Pengawasan Partisipatif (P2P) dengan melibatkan 70 peserta berusia 17-40 tahun.
Para peserta, yang merupakan perwakilan dari sekolah, organisasi kemahasiswaan, dan perguruan tinggi di Kota Bekasi, akan dilatih menjadi kader pengawasan partisipatif.
“Hari ini kegiatan pendidikan pengawasan partisipatif. Kita mengundang para peserta yang usia 17-40 tahun dari perwakilan sekolah, organisasi kemahasiswaan, dan perguruan tinggi yang ada di kota Bekasi. Tentu saja tidak bisa menjangkau semuanya. Tapi kurang lebih ada 70 orang yang kita undang hari ini sebagai kader pengawasan partisipatif,” kata Nisa, Jumat (15/11).
Ia menjelaskan, program P2P, yang sebelumnya dikenal sebagai Sekolah Kader Pengawasan Partisipatif (SKPP), memilih rentang usia 17-40 tahun karena kelompok usia ini merupakan segmen pemilih terbanyak dalam pilkada Kota Bekasi.
Pelatihan ini mencakup delapan materi, mulai dari kepemiluan, pilkada, demokrasi, pengawasan, pencegahan, teknik pelaporan, hingga analisis sosial dan pengembangan jaringan.
“Karena ini pelatihan, jadi materinya cukup banyak. Ada 8 materi yang akan mereka terima. Dari mulai soal kepemiluan, pilkada, demokrasi, kemudian soal pengawasan, pencegahan, sampai nanti teknik pelaporan. Bahkan terakhir kita memberikan materi itu analisis sosial dan bagaimana membangun jaringan,” ungkapnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamzah Aryanto.
Choirunnisa berharap para kader pengawasan ini tidak hanya memahami materi pelatihan, tetapi juga menyebarluaskannya ke komunitas dan organisasi mereka.
Ke depannya, para kader ini direncanakan akan berperan aktif dalam pengawasan, khususnya pada hari tenang menjelang pemilu.
“Karena harapannya namanya juga kader. Kalau kader itu ketika mereka paham, tidak hanya untuk dia, tapi juga akan diseberluaskan ke komunitas, ke organisasi. Bahkan kita nanti ada rencana tidak lanjut. Jadi, inisiatifnya dari mereka, idenya dari mereka, mereka melakukan apa untuk masyarakat? Jadi, tentu saja yang paling terdekat adalah sekarang kita akan bersama mereka di hari tenang. Di hari tenang mereka bisa ikut juga melakukan pengawasan,” paparnya.
Adapun para narasumber pelatihan terdiri dari berbagai kalangan, termasuk pemantau pemilu, KPU Kota Bekasi, serta tokoh berpengalaman seperti mantan anggota Bawaslu RI, Wahida Sueb.
“Narasumbernya cukup variatif dari pemantau-pemilu. Ada om kaka nanti, kakak sumita dari KIP. Kemudian ada dari VINUS, ada Yusfi Triadi. Kemudian ada Wahida Sueb, itu mantan anggota Bawaslu RI, priode pertama. Kemudian ada Zaki Hilmi, dia sebagai Bawaslu Provinsi Jawa Barat, di periode 2018-2023. Kemudian ada KPU Kota Bekasi, yang akan menjelaskan pemilu dan pilkada Kota Bekasi. Ya, itu salah satu,” ungkap Nisa.
Ia menekankan pentingnya semangat kerelawanan (volunteerism) bagi para kader dalam menjalankan tugas pengawasan. Mereka diharapkan menjadi penggerak perubahan sosial di masyarakat.
“Cara bekerja masyarakat? Ya, kan ini kan masyarakat, dari masyarakat ya. Bukan penyelenggara tentunya. Mereka pasti, kita harapannya mereka, oh satu lagi ya materinya tadi, dari volunteerism ya. Ada dari aktivis sosial,” ujarnya.
“Nah volunteerism itu membangun karakter kerelawanan, karena sebenarnya kan kalau menjadi masyarakat, berkaitan dengan pertanyaan, ini kan nanti mereka menjadi pionir penggerak di masyarakat. Makanya harus punya semangat karakter kerelawanan, yang itu akan disebarluaskan untuk melakukan perubahan-perubahan sosial,” pungkas Nisa.
Sumber : Radio Elshinta