Strategi yang bagus sekali pun tanpa eksekusi maka hasilnya tidak maksimal. Dhiku menguraikan berbagai alasan mengapa eksekusi strategi dapat gagal, termasuk terjadinya breakdown dalam koordinasi.
“Alignment doesn’t equal execution,” kata Dhiku–bahwa meskipun semua orang di organisasi telah sepakat atau memiliki pemahaman yang sama (alignment) tentang strategi yang ingin dicapai, hal ini tidak serta merta menjamin bahwa strategi tersebut akan dieksekusi dengan baik.
Dhiku memaparkan beberapa hambatan utama yang dihadapi perusahaan, seperti silo antar departemen, kurangnya kolaborasi lintas fungsi, serta prioritas yang bertentangan antar tim.
Hal tersebut menghambat keberhasilan implementasi, menuntut para pemimpin untuk menemukan cara mendorong kerja sama yang lebih erat dan efektif. Ia juga menyinggung perlunya kemampuan beradaptasi secara dinamis, terutama ketika menghadapi kondisi pasar yang terus berubah.
Perlunya Komunikasi yang Transparan
Dhiku menjelaskan bahwa kegagalan dalam menyesuaikan strategi dengan perubahan yang tak terduga sering kali disebabkan oleh rencana yang kaku dan kurangnya budaya eksperimen mencoba hal baru.
Di sisi lain, Dhiku juga membahas tantangan dalam memastikan keterlibatan dan pemahaman dari seluruh tim.
“Kurangnya pemahaman atau buy-in dari karyawan, ditambah komunikasi dan keterlibatan yang tidak memadai, dapat menyebabkan disconnect yang signifikan,” jelasnya.
Ia mengajukan pertanyaan penting, “Bagaimana kita bisa menjembatani kesenjangan antara strategi dan eksekusi?”
Dhiku menekankan perlunya komunikasi yang transparan dan pendekatan yang inklusif dan reguler untuk memastikan seluruh anggota tim terlibat dan berkontribusi secara maksimal.