Jakarta, Beritasatu.com – Guillain barré syndrome (GBS) adalah gangguan autoimun langka yang menyerang sistem saraf perifer, yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel saraf, sehingga menyebabkan kelemahan otot yang bisa berkembang menjadi kelumpuhan.
Penyebab dan Faktor Pemicu Guillain Barré Syndrome
Dikutip dari Mayo Clinic, Kamis (14/11/2024), beberapa infeksi yang diketahui bisa memicu guillain barré syndrome di antaranya adalah infeksi saluran pernapasan, infeksi gastrointestinal, dan infeksi akibat virus tertentu, seperti virus zika dan bakteri campylobacter jejuni.
Meski sangat jarang, infeksi gondongan yang disebabkan oleh virus mumps juga telah dilaporkan bisa memicu terjadinya guillain barré syndrome. Dalam kasus ini, infeksi gondongan diduga dapat memicu respons imun berlebihan pada tubuh, yang akhirnya menyerang saraf perifer dan merusak lapisan myelin.
Hal ini menyebabkan gangguan pada komunikasi antarsaraf, sehingga memunculkan gejala guillain barré syndrome, seperti kelemahan otot yang dapat berkembang menjadi kelumpuhan.
Menurut laporan di JAMA Pediatrics, beberapa kasus GBS telah terjadi setelah infeksi gondongan, meskipun insidensinya rendah. Hal ini menunjukkan virus gondongan dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerang saraf perifer, dengan mekanisme yang mirip dengan infeksi lain, seperti campylobacter jejuni atau virus influenza.
Secara umum, meskipun hubungan antara gondongan dan guillain barré syndrome jarang terjadi, risiko ini tetap perlu diwaspadai, terutama bagi individu yang mengalami infeksi gondongan.
Gejala Guillain Barré Syndrome
GBS biasanya dimulai dengan gejala awal berupa kelemahan otot atau sensasi kesemutan yang sering muncul di tangan dan kaki. Gejala ini bisa menyebar dengan cepat dan bahkan menyebabkan kelumpuhan pada sebagian atau seluruh tubuh jika tidak segera diobati. Kondisi ini bisa memburuk dengan cepat, sehingga guillain barré syndrome dianggap sebagai keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Tingkat keparahan guillain barré syndrome bisa bervariasi, dari yang ringan hingga parah. Dalam kasus parah, GBS dapat menyebabkan kesulitan bernapas karena otot pernapasan ikut terkena, yang membuat penderitanya memerlukan alat bantu pernapasan. Selain itu, beberapa penderita juga bisa mengalami kesulitan bicara, menelan, dan menggerakkan mata.
Penanganan Guillain Barré Syndrome
Meskipun hingga kini belum ada obat yang dapat menyembuhkan guillain barré syndrome secara langsung, terdapat beberapa metode pengobatan yang bertujuan meredakan gejala dan mempercepat pemulihan, seperti plasmaferesis (penggantian plasma darah) dan terapi imunoglobulin intravena.
Kebanyakan pasien dapat pulih sepenuhnya, namun prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga beberapa tahun. Pada beberapa kasus, GBS dapat meninggalkan efek jangka panjang, seperti kelemahan otot atau mati rasa yang berkelanjutan.
Dengan pengobatan yang tepat, banyak orang yang terkena guillain barré syndrome mampu kembali berjalan dalam waktu sekitar enam bulan setelah gejala pertama muncul.
Namun, pemulihan tiap individu bervariasi, dan beberapa pasien guillain barré syndrome mungkin masih mengalami kelelahan atau kelemahan fisik meski telah pulih dari fase akut.