Jakarta, CNN Indonesia —
Impor telepon seluler (ponsel) menjadi salah satu pembahasan dalam debat kelima capres yang berlangsung pada Minggu (4/2) malam. Sebab, nilai impornya disebut tembus Rp30 triliun sepanjang 2023.
“Kedaulatan teknologi informasi Indonesia terancam, impor ponsel tahun 2023 mencapai Rp30 triliun rupiah. Padahal untuk membangun pabrik ponsel hanya membutuhkan investasi sekitar setengah triliun rupiah. Pertanyaannya, apa langkah strategis paslon membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan teknologi informasi di Indonesia?,” isi pertanyaan debat untuk tema teknologi.
Lalu berapakah realisasi impor Indonesia dan dari mana saja?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor smartphone atau ponsel sepanjang 2023 tercatat sebesar US$1.971.324.902 atau Rp30,94 triliun (asumsi kurs Rp15.700 per dolar AS).
Realisasi tersebut meningkat tajam dari 2022 yang senilai US$1.082.133.207 atau Rp16,98 triliun. Nilai impor ponsel memang terus naik setidaknya dari 2019 lalu.
Pada 2019 hanya senilai US$265.600.894 atau Rp4,16 triliun. Lalu naik jadi US$586.980.185 atau Rp9,21 triliun pada 2020 dan di 2021 naik lagi menjadi US$833.168.270 atau Rp13,08 triliun.
Sepanjang 2023, impor terbesar terjadi pada Oktober dengan nilai US$248.671.904 atau Rp3,90 triliun. Lalu disusul pada November sebesar US$237.267.748 atau Rp3,72 triliun.
Sedangkan, untuk asal negaranya paling banyak berasal dari China sebesar US$1.951.423.709 atau Rp30,63 triliun. Kedua berasal dari Singapura sebesar US$18.236.768 atau Rp286,31 miliar dan dari Hong Kong sebesar US$410.060 atau Rp6,43 miliar.
Berikut daftar impor ponsel Indonesia sepanjang 2023:
1. China US$1.951.423.709
2. Singapura US$18.236.768
3. Hong Kong US$410.060
4. Amerika Serikat US$408.062
5. Vietnam US$336.282
6. Korea Selatan US$246.216
7. Australia US$49.028
8. Jerman US$45.532
9. Malaysia US$34.049
10. Inggris US$30.866
(ldy/sfr)