Jakarta, Beritasatu.com – PT Petrosea Tbk (PTRO) bersiap menerbitkan obligasi dan sukuk berkelanjutan I Petrosea Tahap I Tahun 2024 dengan total jumlah pokok sebanyak-banyaknya Rp 1,5 triliun yang akan digunakan sebagai modal kerja (working capital).
Penawaran obligasi dan sukuk tersebut masing-masing berasal dari obligasi berkelanjutan I Petrosea Tahap I Tahun 2024 senilai Rp 1 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan I Petrosea Tahap I Tahun 2024 senilai Rp 500 miliar.
Dalam pengumuman resminya, Manajemen PTRO merinci, obligasi dan sukuk yang diterbitkan perseroan terbagi dalam empat seri yaitu seri A, B, C, dan seri D. Untuk seri A memiliki tenor 367 hari dengan tingkat bunga tetap berkisar 6,50%-7,00%.
Kemudian seri B bertenor 3 tahun dengan tingkat bunga 7,50%-8,50%, seri C mempunyai jangka waktu 5 tahun dengan kupon 8,25%-9,25%, dan seri D bertenor 7 tahun dengan kupon atau tingkat bunga tetap di kisaran 8,75%-10,00%.
Sesuai rencana, emiten bersandi saham PTRO tersebut akan melangsungkan masa penawaran awal untuk obligasi dan sukuk berkelanjutan I Petrosea Tahap I Tahun 2024 dengan total nilai emisi Rp 1,5 triliun ini pada 12-25 November 2024.
Lalu, tanggal efektif pada 6 Desember 2024, penjatahan pada 11 Desember 2024, pembayaran dari investor kepada Joint Lead Underwriters (JLU) pada 12 Desember 2024, pendistribusian obligasi dan sukuk secara elektronik pada 13 Desember 2024, dan surat utang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 16 Desember 2024.
Menurut Analis Sucor Sekuritas Yoga Ahmad Gifari, sejak konglomerat Prajogo Pangestu melalui PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengakuisisi PTRO, hal ini telah memberikan dorongan signifikan kepada PTRO dengan perolehan kontrak baru mencapai US$ 1,8 miliar atau setara Rp 28,38 triliun di segmen kontrak penambangan dan EPC.
“Kontrak-kontrak tersebut diekspektasikan mampu mendorong pertumbuhan pendapatan PTRO dalam beberapa tahun mendatang. Laba juga diproyeksikan pulih berkat leverage operasional yang lebih baik,” tulis Yoga dalam risetnya dikutip, Selasa (12/11/2024).
Selain itu, Yoga mengingatkan, penting juga dicatat bahwa PTRO pada 2023 sudah mengamankan backlog atau kontrak di tangan sehingga hal ini akan menghasilkan pendapatan bertumbuh sebesar 152% di segmen EPC menjadi $747 juta dan sebesar 60% di segmen kontrak penambangan menjadi $3,7 miliar.
Faktor lain yang membuat PTRO menarik, mayoritas pendapatan PTRO berbasis kontrak yang bersifat jangka menengah sampai panjang. “Dengan demikian, kontrak jangka menengah hingga panjang yang sudah aman ini akan membantu PTRO mempertahankan aliran pendapatannya dan mengurangi risiko likuiditas di masa depan,” imbuh Yoga.
Terbukti, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) baru-baru ini menyematkan peringkat rating A+ (stable outlook) kepada PTRO. Menurut Chief Investment Officer Petrosea Kartika Hendrawan, peringkat A+ Pefindo tersebut mencerminkan fundamental keuangan PTRO yang semakin kuat, capital structure yang berkelanjutan, dan belanja modal yang prudent atas kontrak-kontrak baru yang diperoleh.
“Pefindo memberikan peringkat idA+ dengan prospek stabil terhadap PT Petrosea Tbk. Peringkat tersebut mencerminkan posisi bisnis Petrosea yang kuat, layanan yang terintegrasi, dan profil keuangan yang kuat,” tulis Manajemen Pefindo.
Berdasarkan pemeringkatan Pefindo, obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.
Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi. Sedangkan tanda tambah (+) menunjukkan, peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan.